Ahad 14 Jan 2018 22:54 WIB

Jelang Australia Day, Akun FB Warga Aborijin Populer Diretas

Rep: Oleh Riley Stuart/ Red:
abc news
abc news

Pengelola akun Facebook sebuah komunitas warga Aborijin yang populer mengklaim bahwa laman akun media sosial mereka telah diretas dan untuk dinon-aktifkan menyusul terjadinya serangan peretasan yang mereka yakini bermotif rasial.

Akun Facebook "Blackfulla Revolution" diluncurkan pada tahun 2014 dan memiliki 157.000 pengikut sebelum akun itu dinon-aktifkan pada Kamis (11/1/2018) lalu.

Materi-materi yang diunggah ke laman akun Facebook itu terfokus pada advokasi dan isu-isu masyarakat Aborijin seperti kesehatan dan pendidikan. Laman Facebook itu juga digunakan untuk mengorganisir demonstrasi.

Salah seorang pengelola laman itu, Les Thomas mengatakan kepada ABC tentang waktu kejadian peretasan -yang hanya sekitar dua minggu sebelum Hari Australia (Australia Day) – ini mencurigakan.

Dengan menggunakan hashtag #whitepride, sebuah materi yang diunggah oleh kelompok yang menamakan diri "Brothers Unite" memuji keberhasilan mereka telah yang berhasil menghapus laman akun Facebook ‘Blackfulla Revolution’, dengan mengatakan "sekarang orang-orang bodoh itu harus memulai dari awal lagi.”

peretas Brothers unite
Sebuah gambar jepretan tampilan layar dari sebuah posting-an di akun Facebook yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan "Brothers Unite".
 

Namun demikian, halaman tersebut kembali muncul Sabtu (13/1/2018) kemarin, hanya saja kali ini admin asli dari laman tersebut mengaku tidak bisa mengakses situs mereka sendiri.

Salah satu administrator Brothers Unite mengatakan kepada ABC bahwa mereka tidak memiliki catatan mengenai materi yang diunggah di laman akun Facebook ‘Blackfulla Revolution’, yang mereka katakan laman mereka digunakan untuk membahas masalah laki-laki.

"Saya memulai laman Facebook ini beberapa minggu yang lalu sebagai sebuah komunitas bagi pria untuk membicarakan masalah seperti kesehatan mental, dan apa yang mereka lakukan pada akhir pekan," kata mereka.

"Saya tidak memiliki catatan tentang unggahan materi tersebut dan diskusi di grup kami tidak bersifat rasis sehingga semuanya mengejutkan saya."

Brothers Unite adalah kelompok tertutup yang beranggotakan sekitar 3.500 orang. Sebuah penyelidikan mengenai laman tersebut yang dilakukan oleh ABC tidak menemukan tulisan bernada rasis.

'Ini sangat mencurigakan'

Les Thomas telah mengisi laman Facebook ’Blackfullas Revolution’ sejak tahun 2015.

Dia mengatakan bahwa internet sekarang menjadi surga pelindung bagi pelecehan rasial "kecil", dan bahwa media sosial sering kali menjadi medan pertempuran "propaganda".

"Ada banyak unggahan ekstrim kanan dan supremasi kulit putih di internet," katanya.

"Menurut saya waktu dari peretasan ini akan menciptakan kecurigaan langsung, dan laman Facebook kami sangat penting untuk mengorganisir acara-acara dan demonstrasi untuk menyoroti kekhawatiran-kekhawatiran masyarakat Aborigin dan ketidakadilan yang sedang berlangsung."

"Itu tidak mungkin terjadi pada saat yang lebih buruk lagi. Jadi ini sangat mencurigakan."

Administrator 'Blackfullas Revolution' mengaku dia telah kena tipu atau scammed pada hari Kamis (11/1) lalu setelah mengklik sebuah link nakal yang dikirim ke kotak masuk halaman.

Namun, administrator laman Facebook ini tidak mengungkapkan bagaimana mereka mendapatkan kembali kontrol atas halaman itu lagi kemarin.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement