Senin 30 Apr 2018 18:32 WIB

Suasana Pyongyang Ibu Kota Korea Utara

Kalimat propaganda menghiasi spanduk di Pyongyang.

Red: Nur Aini
Suasana kehidupan di Pyongyang, Korea Utara. (ilustrasi)
Foto: AP/Vincent Yu
Suasana kehidupan di Pyongyang, Korea Utara. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Produser ABC Vicky Xiuzhong Xu memutuskan pergi ke Pyongyang, ibu kota Korea Utara pada 2015 saat ia masih kuliah. Ia pergi bersama seorang temannya.

Mereka pergi dari kota Dandong di Cina dengan kereta api menuju Pyongyang dengan melewati kawasan perdesaan, sebelum akhirnya mengikuti tur naik bus bersama sekelompok pensiunan. Kesan pertama Vicky saat melihat kota tersebut adalah sebuah kawasan sosialis yang sesuai dengan keinginan Kim Jong-un. Sejumlah gedung apartemen menjulang tinggi dengan warna-warna pastel, seperti merah muda, hijau muda, dan kuning muda.

Gedung-gedung terlihat simetris dan tertata rapi, tanpa terlihat adanya reklame atau papan iklan. Satu-satunya yang berwarna mencolok yang Vicky lihat adalah spanduk propaganda, dengan tulisan: "Kamerad Kim Jong-un yang agung! Selamanya setia padamu sampai mati!"

Tur mereka termasuk mengunjungi sejumlah monumen, museum, bar, juga berkesempatan berjalan-jalan di taman dan berbincang dengan warga.

Tapi Vicky mengaku kebanyakan waktunya dihabiskan di dalam bis berkeliling kota sambil mendengarkan penjelasan berbau propaganda yang disampaikan pemandu wisata. "Apakah orang Korea Utara punya banyak makanan? Apa mereka kelaparan?" tanya Vicky kepada pemandu wisatanya, Han yang berusia 23 tahun.

"Apakah saya terlihat kelaparan? Berat saya 64 kilogram dan berusaha setengah mati untuk menurunkannya!" ujarnya sambil cekikikan.

Vicky kemudian berkata ada warga yang meninggalkan Korea Utara dan mengaku terang-terangan jika tidak ada cukup makanan. "Para pembelot," ujar Han pelan. "pada akhirnya mereka akan kembali dan negara akan menawarkan sekolah terbaik jika mereka masih sekolah. Negara juga akan masih akan menyediakan perumahan gratis. "Kemudian mereka akan berbicara di televisi setelah merasakan dua sistem sosial yang berbeda, kemudian sadar jika di sini yang lebih baik."

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-04-30/suasana-korea-utara/9711020
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement