Kamis 26 Jul 2018 00:14 WIB

Kebijakan Pertanian Trump akan Berdampak ke Petani Australia

Donald Trump akan memberikan bantuan keuangan langsung ke petani.

Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump berpose di depan Istana Presiden di Helsinki, Finlandia, Ahad (15/7).
Foto: Martti Kainulainen/Lehtikuva via AP
Presiden AS Donald Trump berpose di depan Istana Presiden di Helsinki, Finlandia, Ahad (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Dalam langkah terbaru di perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, pemerintahan Presiden Trump akan menghabiskan dana 12 miliar dolar AS untuk membantu petani menghadapi peningkatan tarif. Namun kelompok petani Australia mengatakan mereka yang akan merasakan dampaknya.

Pemerintah AS berencana memberikan bantuan keuangan langsung petani. Rencana itu termasuk membeli produk pertanian yang berlebihan untuk diberikan kepada mereka yang berpenghasilan rendah.

Namun Presiden Federasi Petani Nasional Australia (NFF) Tony Maher mengatakan hal itu akan berdampak buruk bagi petani Australia yang sekarang ini mengalami kekeringan di lahan mereka. "Petani Australia adalah diantara mereka yang paling sedikit mendapat subsidi di dunia yang berarti ekspor pertanian kami akan rentan dengan adanya peningkatan bantuan di negara-negara pesaing." katanya.

"Kekhawatiran kami adalah bahwa ini akan memperburuk perang dagang dunia yang akan berdampak buruk bagi petani maupun konsumen."

Presiden Serikat Petani Amerika Serikat Roger Johnson menyambut baik bantuan langsung tersebut. Namun, ia mengatakan pemerintah AS harus melakukan lebih banyak hal dalam jangka panjang guna memperbaiki dampak dari perang dagang.

"Pengumuman pemerintah penting, namun kami perlu menegaskan adanya konsekuensi buruk yang dihadapi petani sehubungan dengan berkurangnya pasar ekspor."

Presiden Donald Trump menyampaikan pengumuman tersebut pada Selasa, dua hari sebelum mengunjungi negara bagian Iowa, negara bagian yang paling banyak menanam kedelai.

Stephen Kirchner dari Pusat Kajian Amerika Serikat di University of Sydney mengatakan industri tanaman kedelai bernilai 14 miliar dolar AS akan paling terpengaruh dalam ekspor AS. Hal itu karena Cina menerapkan tarif ekspor bagi seluruh minyak kedelai.

"Banyak permintaan kedelai dari China akan dialihkan ke negara lain." katanya.

"Jadi dari satu pasar ini saja, Amerika Serikat akan merasakan dampak yang besar."

Kirchner mengatakan masih belum jelas apa dampak perang dagang itu terhadap ekspor pertanian Australia. "Mungkin akan ada permintaan kedelai lebih besar dari Australia, namun d sisi lain, ada kemungkinan ekspor Amerika Serikat yang sebelumnya dijual ke China mungkin akan dialihkan ke negara lain juga."

Subsidi pertanian

Pada 2015, negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sepakat untuk mengurangi subsidi bagi ekspor produk pertanian. Namun subsidi itu masih tinggi di banyak negara termasuk di Eropa dan Amerika Serikat.

OECD membuat laporan mengenai kebijakan pertanian di 52 negara dan membandingkan subsidi dengan menggunakan sistem yang disebut "perkiraan dukungan yang diberikan untuk memproduksi sesuatu."

Ukuran yang digunakan adalah melihat berapa subsidi yang diterima pemerintah dalam bentuk persentase penghasilan petani. Australia secara konsisten menjadi salah satu negara di kelompok OECD tahun lalu yang petaninya menerima subsidi 1,95 persen dari GDP, sedikit di bawah Selandia Baru.

Negara-negara Eropa mendapat subsidi paling tinggi dengan Islandia, Norwegia dan Swiss memberikan lebih dari 50 persen subsidi kepada petani mereka, sementara di Amerika Serikat sedikit delapan persen.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-07-25/subsidi-petani-trump-akan-berdampak-buruk-bagi-australia-(news)/10034976
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement