Kamis 26 Jul 2018 20:06 WIB

Tiga Maskapai Dunia Penuhi Tuntutan Cina Ubah Sebutan Taiwan

Cina menuntut maskapai internasional tak menyebut Taiwan sebagai negara

Red: Nur Aini
Peta Taiwan.
Foto: Chinamaps.info/ca
Peta Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Tiga dari 44 maskapai penerbangan internasional yang diminta untuk mengubah cara mereka menyebut Taiwan telah memenuhi tuntutan tepat sebelum tenggat waktu berakhir. Hal itu menimbulkan kemenangan besar bagi Pemerintah Cina.

• Cina mengancam untuk menghukum maskapai penerbangan yang menyebut Taiwan sebagai negara

• American Airlines, Delta, dan United Airlines kini telah memenuhi permintaan tersebut, bergabung dengan Qantas dan 40 maskapai lainnya

• Anggota Parlemen Taiwan mengatakan tindakan Cina "brutal, sepihak" dan akan makin menjauhkan Taiwan

American Airlines, Delta, dan United Airlines semuanya tak lagi memakai nama "Taiwan" di situs mereka untuk memenuhi batas waktu 25 Juli yang diberlakukan oleh Beijing. Tuntutan itu sebelumnya disebut Pemerintah AS sebagai "Omong kosong tiran".

Qantas adalah salah satu perusahaan penerbangan yang ditargetkan dalam surat milik lembaga Penerbangan Sipil Cina awal tahun ini. Cina mengancam hukuman bagi operator yang menyebut Taiwan sebagai negara.

Qantas menegaskan akan memenuhi permintaan Beijing, dan sekarang menyebut kota-kota seperti Taipei dan Kaohsiung sebagai bagian dari Taiwan, Cina. CEO Qantas, Alan Joyce, membela langkah tersebut pada saat itu, mengutip bahwa Australia menganut Kebijakan Satu Cina yang mengakui daratan utama dan Taiwan sebagai milik satu negara

Tapi ketegasan Cina mendapat kecaman dari Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, yang mengatakan pemerintah seharusnya tidak "mengancam operasi bisnis umum".

Beberapa maskapai penerbangan lain telah menanggapi permintaan Beijing dengan mencabut penyebutan negara dan hanya menulis kota sebagai tujuan.

"Saya pikir operator AS akhirnya tak punya pilihan," kata Tom Ballantyne, kepala koresponden di media Orient Aviation Magazine.

"Pasar Cina terlalu penting."

Disebut aksi brutal

"Tidak ada ruang untuk negosiasi atau konsultasi ketika menyangkut prinsip Satu China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, menjelang tenggat waktu di Beijing.

Otoritas Cina belum menentukan hukuman apa yang bisa dihadapi oleh operator internasional karena mengabaikan permintaan, tetapi mengindikasikan bahwa hal itu bisa membahayakan akses mereka ke apa yang diharapkan menjadi pasar penerbangan terbesar di dunia dalam lima tahun terakhir.

Di Taiwan, seorang anggota Parlemen dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, Lo Chih-Cheng, menggambarkan langkah Beijing sebagai "tindakan brutal, sepihak" yang menciptakan "lingkaran setan".

"Cina ingin menggunakan metode seperti mengubah nama Taiwan untuk mendorong Taiwan lebih dekat ke Cina, tetapi hasilnya adalah sebaliknya - itu akan membuat Taiwan melangkah semakin jauh - itu kontraproduktif," katanya.

Tekanan pada maskapai penerbangan hanyalah cara terbaru yang digunakan Beijing untuk semakin meminggirkan kehadiran Taiwan di dunia internasional. Dalam beberapa bulan terakhir, Cina merangkul dua sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa, hanya menyisakan 19 negara kecil atau miskin yang mengakui pemerintahan di Taipei.

Baru minggu ini, tekanan Cina memaksa panitia Olimpiade Asia Timur untuk menangguhkan pertandingan pemuda yang direncanakan digelar tahun depan di kota Taichung, Taiwan. Beijing diyakini sangat marah karena LSM dan warga sipil mulai mendesak adanya referendum untuk menentukan apakah tim olah raga nasional harus menyebut dirinya Taiwan, bukannya Taipei Cina yang diminta Beijing.

"Ini akan membuat generasi muda di Taiwan membangun kebencian mereka terhadap Cina daripada memenangkan hati mereka," kata Alexander Huang, seorang profesor dan mantan wakil menteri.

Kampanye sukses Cina untuk mendikte kata-kata yang digunakan di situs maskapai penerbangan asing mengikuti serangkaian permintaan maaf tahun ini dari perusahaan-perusahaan yang dianggap "menyakiti perasaan" masyarakat Cina.

Pada Januari, pihak berwenang Cina menutup situs jaringan hotel Marriot selama seminggu karena mencantumkan Hong Kong dan Tibet sebagai negara dalam survei daring mereka.

Produsen pakaian Zara juga dipaksa untuk mengubah situsnya karena melanggar standar Cina untuk menyebut Taiwan.

Mercedes-Benz juga meminta maaf pada Februari karena mengutip pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, dalam apa yang seharusnya menjadi postingan motivasi di Instagram. Cina menganggap Dalai Lama sebagai separatis yang berbahaya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-07-26/maskapai-as-penuhi-tuntutan-china-untuk-ubah-penyebutan-taiwan/10040630
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement