Senin 24 Sep 2018 17:09 WIB

Film Tentang Keberagaman Islam di Indonesia Menang Festival

Film peserta festival ReelOzInd akan ditayangkan perdana pada 26 September 2018.

Red: Nur Aini
Film pendek Muslimah
Foto: ABC
Film pendek Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Film pendek berjudul ‘Muslimah’ menangi festival film pendek Australia-Indonesia ‘ReelOzInd’. Film kategori kolaborasi terbaik ini menampilkan kisah pribadi sang sutradara yang dibesarkan dua ibu dengan pandangan agama berbeda. Film-film peserta ReelOzInd akan ditayangkan perdana pada 26 September 2018 di Melbourne dan Yogyakarta.

Film ‘Muslimah’ menceritakan tentang seorang perempuan muda yang memiliki dua orang ibu dengan pandangan agama yang berbeda. Dalam film pendek berdurasi sekitar 5 menit ini, sang pemeran utama digambarkan menerima nasihat agama dari dua orang ibunya melalui sambungan telepon.

Ibu pertama meminta sang aktris untuk berpakaian tertutup, termasuk menutup kepala dengan hijab, sementara ibu kedua menilai penutup kepala bukanlah hal yang wajib dalam agamanya. Sutradara ‘Muslimah’, Nur Wulandari -yang disapa Wucha, mengatakan, film itu didasarkan dari pengalaman pribadinya yang memang memiliki dua ibu.

“Yang satu selalu nanyain kapan aku pakai jilbab, sampai nanya ‘kamu kalau nggak pakai jilbab di kuburan gimana?’. Yang satu lagi bilang Islam itu bukan tentang pakaian, tiap Muslim punya tradisi masing-masing,” kata Wucha kepada ABC.

‘Muslimah’ adalah pemenang kategori kolaborasi terbaik dari Festival Film Pendek Australia-Indonesia ‘ReelOzInd’ 2018. Ada empat pemenang lainnya dengan kategori berbeda dari festival ini, salah satunya film ‘Daily Bread’ besutan sutradara Australia, Ruby Challenger.

Daily Bread’ mengisahkan sosok Jan Ruff-O’Herne dan berlatar belakang kamp Jepang di Ambarawa, Jawa Tengah, pada Perang Dunia II, tempat di mana sejumlah perempuan Belanda disekap untuk dijadikan alat pemuas seksual tentara Jepang. Jan, yang merupakan nenek Ruby, adalah salah satu dari perempuan yang disekap itu.

Ruby mengatakan, sejak lama ia ingin menampilkan kisah neneknya ke dalam sebuah film. “Di akhir masa remaja saya, Oma memanggil saya dan bilang ‘Kamu akan membuat film tentang aku!’. Mungkin ia bercanda tapi saya menganggapnya sangat serius,” tuturnya kepada Nurina Savitri dari ABC (21/9/2018).

Ruby begitu senang karyanya akan ditayangkan di Indonesia, yang merupakan tempat kelahiran sang nenek. “Saya rasa, pemutaran film ini melalui ReelOzInd akan menjadi wadah yang bagus untuk melihat respon penonton Indonesia sehingga saya bisa mendapat masukan, yang bisa saya gunakan untuk memproduksi film sama dengan versi panjang,” ujar Ruby.

“Saya berharap ini akan menjadi pembicaraan awal untuk periode sejarah yang penting bagi Indonesia,” ujarnya.

Menurut Jemma Purdey, koordinator ReelOzInd, ‘Daily Bread’, ‘Muslimah’, serta tiga film pemenang lainnya terpilih berkat ide cerita yang kuat dan menyentuh tema universal. Film garapan Wucha dan Ruby mengangkat peran perempuan dan perjuangan hidup mereka.

“Para juri melihatnya sebagai eksplorasi yang berani dari sebuah topik, yang sangat sulit untuk dibicarakan. Selain itu juga berkaitan erat dengan tema kami tahun ini yakni ‘Kaum muda’,” kata Jemma kepada ABC.

Tahun ini, ReelOzInd memasuki tahun penyelenggaraan ketiga dan diikuti oleh ratusan sineas berbakat dari Australia dan Indonesia. ReelOzInd 2018 menampilkan 5 kategori pemenang yakni Film Terbaik, Kolaborasi Terbaik antara Australia dan Indonesia, Dokumenter/Animasi/Fiksi Terbaik, Film Kategori Pemuda Terbaik, serta Film Ultra Pendek Terbaik. Penayangan perdana film-film peserta ReelOzInd 2018 akan dilakukan pada 26 September di Melbourne dan Yogyakarta.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-09-22/film-pendek-tentang-beragamnya-muslim-indonesia-menangi-festiva/10292648
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement