Kamis 18 Oct 2018 12:51 WIB

Dikembangkan Teknologi Pantau Gerakan Mata Saat Mengemudi

20 persen kecelakaan disebabkan karena faktor mengantuk

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para peneliti di Australia mengatakan bahwa teknologi yang memantau gerakan mata segera akan tersedia untuk menentukan apakah pengendara terlalu letih untuk bisa mengendarai mobil.

Sebuah penelitian kerja sama antara Pusat Penelitian Alertness Cooperative Research Centre dan Monash University di Melbourne telah melakukan pemantauan terhadap 20 pekerja rumah sakit yang bekerja dalam shift berbeda. Para peneliti melihat gerakan mata para staf tersebut lewat alat yang dipasang di stir di dalam mobil.

Teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Australia Seeing Machines menggunakan kamera yang dihadapkan ke wajah pengemudi, untuk melakukan uji selama empat menit sebelum seseorang mengendara untuk melihat pola kedipan mata dan menguji tingkat kebugaran.

Peneliti utama Megan Mulhall mengatakan faktor mengantuk menjadi masalah besar di Australia, dengan sekitar 20 persen kecelakaan disebabkan karena masalah pengemudi mengantuk. "Ini masalah besar, khususnya mereka yang bekerja dalam shift dimana jam kerjanya berbeda-beda, " kata Mulhall baru-baru ini.

"Peneliti kami menemukan - walau ini masih dalam tahap awal, kami bisa meramalkan dari tes sebelum mengendara ini masalah yang ditimbulkan karena mengantuk.

Menurut data, misalnya di negara bagian Queensland, dalam paruh pertama tahun 2018, terjadi 16 kematian dan 129 orang harus dirawat di rumah sakit berkenaan dengan kecelakaan karena faktor mengantuk. Di tahun 2017, 23 orang meninggal, dan 405 orang harus dibawa ke rumah sakit karena faktor kelelahan selama mengemudi.

Mulhall mengatakan faktor pengemudi mengantuk adalah satu-satunya penyebab kecelakaan yang belum pernah diuji atau dipantau.

 

"Kita sudah memiliki kamera untuk memantau laju kendaraan, dan juga alat untuk mengecek kandungan alkohol namun pengemudi yang mengantuk adalah satu-satunya penyebab besar dimana kita belum bisa mencegah," katanya.

"Salah satu solusi utamanya yang diketahui dari penelitian sebelumnya adalah menggunakan gerakan mata untuk memantau dan memperkirakan timbulnya masalah berhubungan dengan kelelahan sehingga orang mengantuk."

Meski teknologi ini baru diujikan terhadap sampel yang sangat kecil di kalangan dokter dan perawat, para peneliti berharap akan sudah bisa mengembangkan teknologi yang bisa digunakan oleh kalangan lebih luas.

"Studi ini memfokuskan pada perjalanan dari rumah ke tempat kerja dimana pekerja memiliki shift kerja yang berbeda-beda, dan ini tidak saja di dalam layanan kesehatan, tapi juga misalnya di pertambangan atau di industri restoran." kata Mulhall.

"Penelitiann kami adalah yang pertama melihat seseorang sebelum mengemudi jadi sebelum mengemudi apakah anda beresiko mengantuk apakah aman untuk mengemudi?"

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement