Selasa 06 Nov 2018 08:56 WIB

Menghitung Potensi Pemakzulan Trump Lewat Pemilu Paruh Waktu

Jika Partai Demokrat menguasai Senat, peluang pemakzulan untuk Trump terbuka.

Red: Nur Aini
Presiden AS, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian daerah di Amerika Serikat akan menyelenggarakan pemilihan paruh waktu pada Selasa (6/11). Beberapa kalangan mengatakan ini adalah pemilihan paling penting dalam sejarah Amerika Serikat.

Mengapa ada pemilihan paruh waktu (midterms)? Mengapa pemilihan itu penting atau disebut lebih penting sekarang ini? Dan apa yang akan terjadi selama pemilihan dan hasilnya? Jadi mengapa ada pemilihan paruh waktu ?

Pemilihan paruh waktu di Amerika diselenggarakan secara nasional setiap empat tahun sekali. Pemilihan itu berlangsung di tengah-tengah masa jabatan seorang presiden, yang berkuasa selama empat tahun, sehingga dinamakan 'paruh waktu'.

Ada banyak jabatan yang dipilih namun yang paling penting adalah pemilihan anggota Kongres yang terdiri atas DPR (Majelis Rendah) dan Senat (Majelis Tinggi).

Anggota DPR bekerja selama dua tahun, sehingga seluruh 435 anggota Majelis Rendah akan dipilih kembali. Namun masa jabatan Senator adalah enam tahun, sehingga akan ada 35 kursi Senator yang diperebutkan kembali tahun ini.

Ada juga pemilihan gubernur di 36 negara bagian dan tiga wilayah (territory) tahun ini, dan di masing-masing negara bagian ada juga berbagai pemilihan lain.

Kalau anda tertarik bisa melihat rinciannya di sini

Apa yang akan terjadi?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan dipilih kembali pada 2020. Namun hasil pemilihan paruh waktu ini bisa menjadi pertanda bagaimana rakyat Amerika melihat kinerjanya selama ini.

Dalam sejarah, partai yang berkuasa selalu kalah dalam pemillihan kursi kongres di pemilihan paruh waktu. Ini karena pemilihan paruh waktu dilihat sebagai referendum terhadap pemerintah yang sedang berkuasa, sehingga lebih mudah mengajak pendukung yang kalah dalam pemilihan presiden sebelumnya untuk memberikan suara dibandingkan pendukung presiden yang sedang berkuasa.

Dalam pemilihan paruh waktu, jumlah mereka yang memberikan suara lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih dalam tahun pemilihan presiden seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini.

Saat ini, Partai Demokrat memerlukan 23 kursi tambahan di DPR untuk bisa menguasai Majelis Rendah dengan kursi mayoritas 218.

Harian berpengaruh AS, The New York Times memperkirakan bahwa 60 sampai 70 kursi diperebutkan dengan ketat, dan sekitar 30 kursi akan menentukan apakah Demokrat bisa memenangkan mayoritas atau tidak.

Menurut FiveThirtyEight, situs data jurnalisma dan politik Amerika, Demokrat memiliki 85 persen suara untuk berhasil. Di Senat, yang berisi 11 kursi, perimbangan kekuatan sangat ketat, dengan Partai Republik memilliki mayoritas tipis 51-49.

Untuk menguasai Senat, Demokrat harus mendapatkan paling sedikit tambahan dua kursi, karena Wakil Presiden Mike Pence dari Partai Republik memiliki suara bila hasil pemungutan suara imbang.

Tetapi memenangkan dua kursi tidaklah mudah. Hanya sembilan kursi Senat yang diperebutkan diduduki oleh Partai Republik saat ini. Menurut FiveThirtyEight, Partai Republik memiliki 90 persen kemungkinan tetap menguasai Senat dan malah mungkin memperbesar mayoritas.

Mengapa pemilihan paruh waktu penting?

Penting karena partai manapun yang menguasai Kongres akan menentukan lolosnya sebuah perundang-undangan. Pada dasarnya, bila Demokrat menang besar, maka agenda sayap kanan Trump akan terhambat, dan dia akan kesulitan untuk meloloskan kebijakan berkenaan dengan pemotongan pajak, pembatasan imigran, dan kebijakan anti-aborsi.

Namun bila Republik menguasai kedua parlemen, Majelis Rendah dan Majelis Tinggi, maka ini akan menguntungkan Presiden Trump.

Sebagai contoh di masa dua tahun pemerintahan Presiden Barack Obama, dia mendapat dukungan dari Kongres yang dikuasai Demokrat sehingga kebijakannya bisa lolos. Namun dalam pemilihan paruh waktu 2010, Partai Republik menguasai Senat dan kemudian berusaha menggagalkan kebijakan Obama semaksimal mungkin.

Besar kemungkinan Demokrat juga akan melakukan hal yang sama, bila mereka menguasai Kongres.

Bagaimana dengan penyelidikan soal Rusia?

Bila Demokrat menang besar, diperkirakan mereka akan berusaha mengganggu jalannya pemerintahan Trump semaksimal mungkin. Mereka juga bisa melakukan penyelidikan mengenai pemerintahan Trump berkenaan dengan kampanye pemilu tahun 2016.

Demokrat bisa menentukan siapa yang akan dipanggil berkenaan dengan penyelidikan apakah Rusia terlibat dalam kampanye, proses yang dipantau dengan seksama oleh Kongres yang dikuasai Partai Republik.

Demokrat sudah membuat lebih dari 100 permintaan resmi berkenaan dengan penyelidikan kampanye pemilu 2016, dengan sebagian besar ditolak oleh Partai Republik.

Bila Demokrat menguasai Senat, maka ada peluang lebih besar bagi pemakzulan Trump. Dalam kampanyenya Trump mengangkat masalah pemakzulan, dengan mengatakan kepada pendukung Partai Republik bahwa bila Demokrat menguasai Kongres, mereka akan melakukan pemakzulan.

Bila Demokrat mengusai DPR (Majelis Rendah) yang diperkirakan akan terjadi maka mereka bisa dengan mudah melakukan pemungutan suara memakzulkan Trump. Namun, untuk betul-betul memberhentikan Presiden, suara yang diperlukan di Senat adalah mayoritas dua pertiga.

Bahkan bilapun Demokrat memiliki suara lebih banyak di Senat setelah pemilihan paruh waktu, mendapatkan suara mayoritas tersebut masih memerlukan dukungan dari Partai Republik.

Jadi secara teori, Trump bisa jadi dimakzulkan, namun tetap jadi Presiden, seperti ketika Bill Clinton dari Partai Demokrat dimakzulkan karena skandal Monica Lewinsky.

Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-11-05/pemilihan-paruh-waktu-amerika-serikat-6-november/10465202
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement