Selasa 15 Jan 2019 14:29 WIB

Dokter Hewan di Australia Paling Stres Akibat Kerja

Australia kekurangan tenaga dokter hewan selama setahun terakhir.

Red: Nur Aini
Dokter hewan/ilustrasi
Dokter hewan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia mengalami kekurangan tenaga dokter hewan parah selama 12 bulan terakhir. Seorang pakar ketenagakerjaan menyebut stres, tekanan keuangan dan waktu kerja selama berjam-jam, serta pelecehan dan "pemerasan emosional" dari pemilik hewan peliharaan sebagai pemicunya.

Profesi dokter hewan diketahui juga empat kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri daripada profesi yang lain. Bahkan hanya dua kali lipat jumlahnya dari tingkat bunuh diri dokter, apoteker, dokter gigi dan perawat.

Animal Emergency Centre di Noosaville, di Sunshine Coast Queensland, terpaksa ditutup selama 12 jam pada Ahad (13/1) karena tidak ada yang bisa mengisi giliran kerja. Seorang juru bicara AEC mengatakan "sangat jarang" bagi pusat layanan darurat kesehatan hewan ini tutup karena isu ketersediaan staf, tetapi ini merupakan kedua kalinya terjadi dalam setahun.

Mantan dokter hewan, Wendy Nathan, yang mengelola situs kerja veteriner terbesar di Australia, Kookaburra Veterinary Employment, dan mengatakan sulit untuk mengisi peran dokter hewan di klinik. Situs tersebut saat ini mengiklankan lebih dari 430 informasi lowongan tenaga dokter hewan

Dr Nathan mengatakan kekurangan itu semakin diperparah dengan persyaratan masuk universitas yang tinggi, masa studi lima tahun, dan gaji awal yang rendah dibandingkan dengan dokter gigi dan insinyur.

"Secara teori seharusnya ada cukup, namun klinik dokter hewan kekurangan dokter hewan dan tidak bisa mendapatkan dokter hewan untuk mengisi giliran kerja," kata Dr Nathan.

Dokter hewan Matt Rosen dari Layanan Darurat Hewan di Tanawha, di Sunshine Coast Queensland, mengatakan faktor terbesar yang mendorong orang meninggalkan profesi ini adalah penipuan yang diterima dokter dari orang-orang yang tidak mampu membayar tagihan mereka.

"Kami mendapatkan beberapa orang yang mengeluh tentang tarif dan menggunakan cara-cara pemerasan emosional," kata Dr Rosen.

"Mereka akan mengatakan 'ini bukan tentang uang, saya pikir kamu mencintai binatang' - dan kami percaya itu."

"Kamu tidak akan berada dalam profesi ini jika kami tidak mencintai binatang, tetapi kami tidak mendapatkan subsidi yang sama dengan yang kamu dapatkan untuk manusia sementara biaya mengobati hewan sama besarnya dengan mengobati manusia."

Dokter hewan banyak terlilit utang

Dr Rosen mengatakan orang-orang yang mengeluh ketika membayar tagihan dokter hewan mereka membuat situasi yang dihadapi dokter hewan menjadi jauh lebih sulit.

Dr Rosen adalah mitra di praktik Tanawha, yang dilengkapi dengan mesin ultrasound, mesin sinar-X, dan peralatan medis darurat lainnya yang akan Anda temukan di rumah sakit. Tetapi praktik dokter hewan harus bergantung pada pemilik hewan peliharaan, bukan pemerintah, untuk membayar tagihan dari hewan yang dirawat.

"Orang-orang melakukan pemerasan emosional kepada Anda, Anda menyerah pada mereka, dan kemudian Anda dibiarkan menanggung utang 10 ribu dolar AS," katanya.

"Alasan orang meninggalkan industri ini adalah mereka mendapatkan pelecehan dan itu adalah alasan lain dari tingginya tingkat bunuh diri di kalangan dokter hewan. Mereka sangat berkonflik. Mereka ingin melakukan sebanyak yang mereka bisa untuk hewan itu tetapi tidak ada yang membayar untuk itu."

"Tidak ada yang lebih buruk daripada membuat anak berusia tujuh tahun menangis di ruang operasi anda karena anda tidak bisa merawat hewan peliharaan mereka."

Dr Nathan mengatakan kekurangan dokter hewan memperburuk keadaan bagi mereka yang berpraktik.

"Klinik dokter hewan kekurangan dokter hewan. Mereka tidak bisa mendapatkan dokter hewan untuk mengisi giliran kerja," katanya.

"Mereka perlu memberi dokter hewan kualitas hidup yang baik sehingga mereka tidak bekerja 60 jam seminggu."

Peningkatan risiko bunuh diri

Situs web Australian Veterinary Association (AVA) menyatakan bahwa dokter hewan berisiko "bunuh diri secara signifikan lebih tinggi daripada populasi umum".

"Sementara profesional kesehatan lainnya seperti dokter, apoteker, dokter gigi, dan perawat sekitar dua kali lebih mungkin melakukan bunuh diri daripada populasi umum, dokter hewan telah terbukti empat kali lebih mungkin menjadi korban bunuh diri," kata situs web tersebut.

Dr Rosen mengatakan beberapa rekannya telah melakukan bunuh diri.

"Sejumlah rekan telah bunuh diri. Ini adalah fakta yang diakui dengan baik dalam profesi kita," katanya.

"Kami memiliki banyak tekanan pada diri kami, ada tekanan emosional, dan kami bekerja berjam-jam.

"Biasanya orang yang masuk ke ilmu kedokteran hewan sangat termotivasi dan memberi banyak tekanan pada diri mereka sendiri. Jika Anda memiliki penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti depresi, maka Anda memiliki tekanan emosional di tempat kerja dan akses ke obat yang dapat memfasilitasi itu, semuanya bertambah."

Presiden AVA Paula Parker mengatakan ada permintaan tinggi untuk dokter hewan di klinik darurat dan di daerah perdesaan dan regional.

"Apa yang kita lakukan adalah bekerja dengan pemilik bisnis dan pengusaha tentang bagaimana kita dapat membuat bisnis ini semenarik mungkin dan membahagiakan dokter hewan sebaik mungkin," katanya.

AVA juga memiliki sejumlah program untuk membantu masalah kesehatan mental yang dihadapi dokter hewan. Hal itu termasuk layanan konseling 24 jam, dana kebajikan, dan pelatihan. Sehingga setiap fasilitas kesehatan hewan di Australia memiliki seseorang yang mampu memberikan pertolongan pertama dan untuk membantu mereka yang dalam krisis.

'Mereka membutuhkan banyak dukungan'

Dr Nathan menekankan masalah retensi dokter hewan sebagian besar disebabkan oleh isu stres yang berkepanjangan.

"Dokter hewan adalah orang-orang yang berprestasi. Untuk masuk ke universitas, Anda membutuhkan nilai yang sangat bagus di sekolah," katanya.

"Mereka ingin melakukan pengobatan secara benar dan pekerjaan sebagai dokter hewan adalah pekerjaan yang sangat menegangkan.

"Mereka mungkin membutuhkan pekerjaan yang tidak terlalu membuat stres, sehingga mereka keluar dari profesinya meskipun mereka senang melakukan apa yang mereka lakukan."

Nathan mengetahui hal ini secara langsung karena ia adalah seorang dokter hewan yang pindah dari profesinya.

"Klinik dokter hewan tidak mendapatkan dukungan dari sistem seperti Medicare. Mereka harus menginvestasikan uang ke dalam peralatan dan sistem digital, mereka membutuhkan CT Scanner dan untuk terus meningkatkan upaya pengobatan mereka.

"Dokter hewan juga melakukan banyak pekerjaan gratis untuk satwa liar, jadi tidak selalu ada gaji terbaik yang tersedia untuk dokter hewan."

Baca beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

Ikuti berita-berita lainnya dari situs ABC Indonesia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-01-15/angka-bunuh-diri-dokter-hewan-di-australia-tinggi/10715508
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement