Kamis 31 Jan 2019 05:49 WIB

Pembatasan Imigran Bisa Ancam Industri

Imigrasi untuk pekerja terampil dinilai perlu dipermudah.

Red: Nur Aini
Aksi dievakuasi imigran yang diselamatkan. ilustrasi
Foto: Reuters
Aksi dievakuasi imigran yang diselamatkan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- CEO perusahaan telekomunikasi Australia -Telstra, yakni Andrew Penn, mengatakan kekhawatiran politik seputar imigrasi di sejumlah negara termasuk Australia, Amerika Serikat, dan Inggris "tidak sehat" dan "berpotensi berbahaya".

 

Penn mengatakan, insinyur perangkat lunak, dan orang dengan pengetahuan tentang analisis data serta kecerdasan buatan (AI) berada di antara keahlian utama yang dicari oleh perusahaan telekomunikasi ini. Ia mendesak Pemerintah Australia untuk mempermudah pembatasan imigrasi yang terampil.

"Faktanya adalah kami tak bisa cukup menemukan keahlian itu di Australia, kami membutuhkan mereka dalam skala tertentu, khususnya dalam bidang teknik perangkat lunak," ujarnya dalam acara makan siang Komite Pembangunan Ekonomi Australia di Melbourne pada hari Rabu (30/1).

"Jumlah mereka tak cukup. Sumber dayanya terlalu kecil."

Imigrasi adalah "masalah yang menjengkelkan" dan menarik "kecemasan politik dan media yang besar", katanya.

"Ini bukan hanya masalah di Australia. Di AS dan Inggris, kita melihat komentar negatif yang signifikan seputar imigrasi. Saya percaya, di tingkat global, ini adalah cara yang tidak sehat dan berpotensi berbahaya untuk dipraktekkan bagi dunia. Kita perlu membangun keahlian di dunia, bukan tembok."

Batasan imigrasi terampil dipermudah

Penn mengatakan kebijakan imigrasi terampil yang berkelanjutan sangat penting tidak hanya untuk Telstra, tetapi untuk Australia secara keseluruhan.

"Penting juga untuk diingat bahwa kebijakan imigrasi terampil yang ditarget dengan baik adalah pencipta lapangan pekerjaan, bukannya pengambil pekerjaan," katanya.

"Para imigran terampil membawa ide, mereka membawa keahlian dan inovasi, dan mereka membawa kapasitas untuk melatih dan mengasah rekan-rekan Australia mereka."

Ia mengatakan, penelitian oleh Badan Moneter Internasional, IMF, memperkirakan bahwa program imigrasi Australia menambah pertumbuhan PDB rata-rata 1 persen dari tahun 2020 hingga 2050 karena berfokus pada imigran utama usia kerja, yang membatasi dampak ekonomi dari populasi lanjut usia di Australia.

Sementara itu, Telstra bersaing dengan perusahaan Australia lainnya untuk mendapatkan talenta yang dibutuhkan.

"Persaingan itu sengit," kata Penn.

"Australia diperkirakan mengalami kekurangan 60 ribu pekerja terampil di sektor ICT dalam lima tahun ke depan saja. Itu berarti kami harus merekrut beberapa keterampilan itu di pasar global, termasuk di tempat-tempat seperti India."

Telstra tahun ini akan mendirikan pusat inovasi baru di Lembah Silikon India, Bangalore, untuk bisa mendapatkan talenta yang dibutuhkan. Raksasa teknologi seperti Google dan Apple juga berusaha menarik pekerja terbaik.

"Kami tak menambah jumlah sumber daya yang kami miliki di India, kami membawanya sendiri," katanya.

Strategi T22 perusahaan itu akan membuat 9.500 staf menjadi mubazir dan sekitar 1.500 peran baru dibuat, membuat jumlah PHK serentak menjadi 8.000 jiwa pada tahun 2022.

Penn mengatakan hal yang "tidak mengejutkan" bahwa Telstra harus melepaskan 8.000 peran mengingat adanya pemberlakuan Jaringan Broadband Nasional artinya perusahaan ini tidak lagi penggrosir utama dari produk broadband.

Dalam posisi yang bagus

Penn kemudian mengatakan tentang peluncuran jaringan 5G perusahaannya dan pengumuman TPG Telecom pada Selasa (29/1) untuk membatalkan rencananya membangun jaringan seluler keempat Australia. TPG mengatakan penarikan itu karena larangan Pemerintah Australia pada penggunaan peralatan Huawei di jaringan 5 G Australia. Pemerintah menerapkan larangan itu pada bulan Agustus atas dasar keamanan nasional.

Telstra telah bermitra dengan Ericsson untuk meluncurkan jaringan 5G-nya, dan pada akhir tahun lalu meluncurkan 200 situs di seluruh Australia.

Penn mengatakan, meski para pesaing Telstra juga berinvestasi dalam 5G, "kami telah melakukan perjalanan ini untuk waktu yang lama dan kami berada dalam posisi yang baik".

"Keuntungan kami berasal dari investasi bertahun-tahun," katanya.

Ketika ditanya tentang apakah ia secara pribadi memiliki kekhawatiran tentang Huawei, Penn mengatakan itu bukan masalah yang harus ia atasi, tetapi mengatakan ia percaya Huawei memiliki teknologi canggih.

"Keputusan bahwa kami kini tak bisa menggunakannya di Australia di jaringan seluler benar-benar masalah pemerintah dan kami hanya akan mematuhi kebijakan itu," katanya.

Dan meskipun tidak adanya TPG sebagai pemain keempat saat ini, Penn mengatakan ia berpikir pasar seluler Australia masih "sangat kompetitif".

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Ikuti berita-berita lainnya di situs ABC Indonesia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-01-30/kebijakan-pembatasan-imigran-di-australia-bisa-berdampak-negati/10764904
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement