Rabu 20 Nov 2013 13:28 WIB

Hubungan Australia-Indonesia Memburuk, Darwin Paling Dirugikan

Red:
Pelabuhan di Darwin
Pelabuhan di Darwin

DARWIN -- Memburuknya hubungan Australia dan Indonesia akan membawa dampak paling buruk bagi negara bagian Northern Territory (NT) yang berpusat di Darwin. Pemerintah setempat mengatakan, tidak ada wilayah lain di Australia yang akan paling dirugikan jika ketegangan diplomatik sekarang berdampak pada hubungan perdagangan.

Menurut Jaksa Agung NT, John Elferink, wilayah utara Australia ini memiliki hubungan kuat dengan Indonesia dalam perdagangan ternak sapi dan mempekerjakan banyak orang.

Elferink menyatakan sangat prihatin jika sampai terjadi perubahan dalam hubungan perdagangan dengan Indonesia.

"Kami baru saja melewati trauma di kalangan industri peternakan sapi akibat adanya perubahan dalam hubungan dengan Indonesia," kata Elferink. Ia merujuk kepada penghentian ekspor sapi ke Indonesia yang dilakukan Australia secara sepihak di tahun 2011. Sebaliknya, Indonesia kemudian memperketat aturan impor sapi dari Australia.

Akibat kondisi tersebut, kalangan industri peternakan di NT terpukul dan banyak mengalami kerugian.

Menurut Jaksa Agung Elferink, "Kami di NT memiliki kaitan kuat dengan Indonesia dan kami bangga dengan hal itu".

Sementara itu, Pemimpin Partai Hijau Australia Christine Milne mendesak PM Tony Abbott untuk menelpon langsung Presiden SBY. Ia mengingatkan, isu ini bisa berakibat buruk bagi kedua pihak.

"Saya tidak akan menyarankan apa yang akan dikatakan melalui telepon, kecuali bahwa Tony Abbott perlu menelepon langsung dan menyadari bahwa Presiden Indonesia sangat tersinggung atas masalah ini," kata Senator Milne.

Memburuknya hubungan diplomatik juga dikhawatirkan berdampak pada sektor pendidikan. Pelajar Indonesia termasuk yang terbesar dari segi jumlah pelajar asing yang menuntut ilmu di Australia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement