Kamis 07 May 2015 22:40 WIB

Kembangkan Sekolah Menyenangkan, Kemdikbud Indonesia Gandeng GSM dari Australia

Red:
Mendikbud Anies Baswedan dan para direktur di Kemdikbud sedang berdiskusi dengan tim Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).
Foto: abc news
Mendikbud Anies Baswedan dan para direktur di Kemdikbud sedang berdiskusi dengan tim Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menegah di Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mulai melibatkan partisipasi publik seperti melibatkan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Gerakan ini dimotori oleh para alumni dan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh jenjang master dan doktoral di Australia.

Perubahan paradigma pembangunan pendidikan di Indonesia ini digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Dia menilai,  pendidikan sebagai ‘gerakan’ sehingga pembangunan pendidikan bisa berlangsung dari dua arah yaitu partisipasi pemerintah dan partisipasi publik.

Sekolah menyenangkan tidak hanya fokus pada pola pembelajaran yang menyenangkan, namun pada pengembangan kultur sekolah yang positif baik dari segi interaksi sosial dan pengemabngan infrastuktur sekolah. Desain sekolah juga mengajak orang tua wali murid untuk terlibat dalam proses pendidikan peserta didik.

Selasa (5/5) lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengadakan pertemuan dengan tim GSM yang diwakili Muhammad Nur Rizal di kantor Kemdikbud di Jakarta. Kegiatan ini untuk membahas pengembangan  konsep dan implementasi  desain ‘sekolah Menyenangkan’ di Indonesia.

Selain Mendikbud, beberapa pejabat kementerian yang hadir antara lain, Direktur Pembinaan SD, Ibrahim Bafadal, Direktur Pembinaan SMP, Didik Suhardi, Direktur Pembinaan SMA,Harris Iskandar, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Ramon Mohandas, Staf Khusus Tata Kelola Birokrasi, Hikmat Hardono, dan Staf Ahli Komunikasi Publik, Abdul Rahman.

Menurut rilis Gerakan Sekolah Menyenangkan yang diterima oleh ABC Australia Plus Indonesia, undangan ini merupakan tindak lanjut dari keinginan Mendikbud untuk menggandeng GSM sebagai salah satu motor perubahan kultur pendidikan.

Sebelumnya, akhir April lalu, Mendikbud telah mengunjungi salah satu model sekolah menyenangkan Yogyakarta. Yakni SD Muhammadiyah Condongcatur Yogyakarta. Mendikbud melihat secara langsung bagaimana sekolah model berusaha menggunakan metode yang menyenangkan dalam pembelajaran serta mengembangkan interaksi sosial yang positif di sekolah.

Dalam pertemuan yang berlangsunggbeberapa jam tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana untuk mengusulkan revisi kurikulum pendidikan nasional dengan mengadopsi  praktik baik pendidikan seperti yang ditawarkan GSM.

Sebagai langkah awal, Kemendikbud akan menggandeng GSM untuk melakukan training pada 6000 sekolah yang sebelumnya menjadi perintis kurikulum 2013.

Selain itu, model sekolah menyenangkan yang saat ini baru berada di Yogyakarta pun akan dikembangkan 10 kota besar di Indonesia untuk mempercepat diseminasi. Kemendikbud pun berjanji akanmendukung penuh capaian gerakan untuk melanjutkan kegiatan yang sudah tumbuh sejauh ini.

 Muhammad Nur Rizal (tengah) bersama dengan Abdurrahman Ma’mun (Staf Ahli Bidang Komunikasi Publik,kiri)) dan Hikmat hardono (Staf Ahli tata Kelola Birokrasi).

Muhammad Nur Rizal (tengah) bersama dengan Abdurrahman Ma’mun (Staf Ahli Bidang Komunikasi Publik,kiri)) dan Hikmat hardono (Staf Ahli tata Kelola Birokrasi).

Mendikbud Anies Baswedan mengimbau jajarannya untuk mensosialisasikan model sekolah menyenangkan kepada kepala dinas dan guru-guru, serta menegaskan bahwa model ini tidak bertentangan dengan kurikulum nasional.

“Kita perlu membuka diri agar dapat melibatkan inovasi pendidikan yang berasal dari masyarakat,” ujarnya. Para Direktur di lingkup Kemendikbud yang hadir menyambut positif hadirnya GSM.

Mereka meminta Ketua GSM, Rizal, untuk melakukan komunikasi intensif dengan Kemendikbud guna mempersiapkan konsep dan strategi penyebaran desain sekolah menyenangkan.

Mereka menilai, gerakan ini sangat baik, karena tumbuh dari bawah, yaitu kebutuhan guru. Bukan bersifat proyek yang kegiatannya akan berhenti ketika dana program selesai.

Kemendikbud merasa perlu mendukung dan memfasilitasi gerakan ini, serta secara aktif mendukung baik dari sisi kebijakan maupun finansial.

Untuk memulai kerjasama ini, Rizal berencana untuk segera mengajak sebanyak mungkin relawan terlibat. “Kita perlu mengumpulkan praktik baik pendidikan sebanyak mungkin sebagai referensi kurikulum nasional, ini penting supaya kualitas pendidikan di Indonesia bisa leapfrog (melompat) setara dengan negara-negara-negara maju” pungkasnya.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement