Selasa 19 May 2015 22:12 WIB

Ciptakan Animasi Tanah Liat, Siswa SD di Darwin Menangi Penghargaan Film

Red:
Foto dari animasi berjudul ‘Never Seen Anything Like It’ karya siswa SD Millner di Darwin.
Foto: abc news
Foto dari animasi berjudul ‘Never Seen Anything Like It’ karya siswa SD Millner di Darwin.

REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Bermain dengan plastisin (sejenis malam atau mainan dari tanah liat) sepanjang hari baru saja menjadi pilihan karir yang sah bagi sekelompok anak di Wilayah Utara Australia.

Siswa kelas 5 dan 6 di Sekolah Dasar Millner di Darwin, di bawah bimbingan animator stop-motion lokal ‘Al Oldfield’, berhasil memenangkan kategori Produksi Film Sekolah Dasar Terbaik pilihan pemirsa pada ajang Penghargaan Tahunan Guru Media Australia (ATOM).

Video musik mereka ‘Never Seen Anything Like It’ dibuat dalam animasi dengan obyek tanah liat yang detil, mirip dengan karya kontemporer buatan perusahaan Inggris ‘Aardman’, dan juara ‘Australia Academy Award’, Anthony Elliot, yang membuat Harvie Krumpet.

Al Oldfield- yang bekerja dengan Anthony pada karya sekuel ‘Harvie Krumpet’ berjudul ‘Mary And Max’ di tahun 2009- mengatakan, tak sulit untuk menangkap imajinasi anak-anak di SD Millner.

"Saya duduk di sebuah ruangan dan saya bermain dengan plastisin hampir sepanjang hari ... itu bekerja sangat baik dalam kelas yang penuh dengan anak-anak," katanya baru-baru ini.

Proyek ini dimulai dengan kelas yang mendekati musisi asal Alice Springs, Catherine Satour.

"Kami mendekatinya dan berkata, ‘kami melakukan sebuah proyek dan kami akan senang untuk menganimasikan salah satu lagu Anda. Ia datang untuk mengunjungi sekolah dan menyanyikan lagunya, dan itu bagus,” tutur Al Oldfield.

"Tiga kelompok siswa kelas 5 dan 6 mengerjakannya penuh waktu, untuk animasi tiga menit," tambahnya.

Di samping lambatnya proses pembuatan animasi tanah liat stop-motion, yang dijelaskan Al Oldfield sebagai ‘Anda memindahkan plastisin, Anda mengambil gambar ... Anda melakukannya, 1 juta kali’, anak-anak tetap terlibat dalam inti proyek ini.

"Saya sangat beruntung bisa bekerja sama dengan SD Millner selama 5 tahunan, sebagian besar anak-anak ini telah mengerjakan beberapa animasi bersama saya,” utaranya.

Ia mengungkapkan, "Ketika saya berdiri di depan kelas ini, mereka semua cukup mengetahui dengan dasar-dasar animasi stop-motion dan saya bisa menunjukkan kepada mereka beberapa hal yang sangat mewah. Bagi kami, pembelajaran kumulatif ini benar-benar terbayar."

Dengan banyak bioskop menayangkan film animasi dan game rumahan yang sudah tersedia dalam bentuk 3 dimensi, insentif apa yang ditawarkan animasi berobyek tanah liat?.

Al Oldfield memakai sidik jari animator, kadang-kadang terlihat dalam plastik di rangkaian animasi, sebagai bukti penampakan lebih yang kasar.

"Sidik jari adalah apa yang memisahkan kami dari digital. Anda tahu kan, ini adalah potongan plastisin ... tapi melompat-lompat dan bernyanyi. Itulah keajaibannya," sebut sang animator.

Ia mengatakan, aksi memanipulasi karakter yang terbuat dari tanah liat berarti ada banyak pemeliharaan selama syuting berlangsung.

Tapi tampilan buatan tangan adalah bagian dari pesona animasi tanah liat dan sesuatu yang diinginkan animasi 3D.

"Dengan metode stop-motion, Anda menghabiskan banyak waktu membersihkannya. Anda menghabiskan banyak waktu membersihkan, mencuci tangan Anda. Tapi dengan animasi digital, Anda menghabiskan banyak waktu untuk mengotori animas agar terlihat nyata,” jelas Al.

"Itulah salah satu keuntungan (dari stop-motion)," sambungnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement