Rabu 29 Jul 2015 21:58 WIB

Indonesia Project di ANU: 50 Tahun Kerja Sama Penelitian dan Pendidikan

 Para pembicara Forum Kajian Pembangunan bersama dengan Presiden Joko Widodo di Aceh bulan Maret 2015.
Foto: abc news
Para pembicara Forum Kajian Pembangunan bersama dengan Presiden Joko Widodo di Aceh bulan Maret 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Di Ibu Kota Australia, Canberra, pekan ini sedang dilakukan berbagai kegiatan memperingati 50 tahun keberadaan Indonesia Project di Australian National University. Bagaimana sejarah perjalanan proyek ini, berikut tulisan salah seorang staf ANU Indonesia Project asal Indonesia, Lidya Napitupulu.

Pada pertengahan tahun 1960-an, Indonesia mengalami salah satu masa terburuk dalam sejarahnya setelah kemerdekaan.

Di bidang ekonomi, nilai tukar rupiah sangat rendah, tingkat inflasi membubung tinggi bahkan hingga mencapai 500%, serta anggaran pemerintah mengalami defisit yang sangat besar. Di bidang politik, persaingan antara pihak nasionalis, Islamis dan komunis menjadi semakin berbahaya bahkan memuncak dalam konfik yang memakan korban ratusan ribu jiwa.

Pada kondisi seperti itulah, Profesor Heinz Ardnt Kepala Departemen Ekonomi pada School of Pacific Studies di ANU, seorang ahli ekonomi makro dan moneter, memprakarsai berdirinya  ANU Indonesia Project (Indonesia Project, IP ).

Tujuannya, untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai masalah-masalah pembangunan di Indonesia. Termasuk membuat dunia tahu apa yang terjadi dengan persoalan pembangunan di Indonesia.

Pada awal hingga pertengahan tahun 1960-an, Indonesia bukan merupakan wilayah geografis  penting bagi Australia maupun bagi ANU. Pada saat itu, fokus ANU di wilayah Pasifik berpusat  pada Malaysia dan Papua Nugini.

Namun pada tahun 1964, Profesor Arndt, yang tidak memiliki pengalaman apa pun tentang Indonesia mengusulkan agar Indonesia menjadi salah satu fokus penelitian di ANU dengan pertimbangan bahwa Indonesia penting bagi Australia dan sekitarnya. Penelitian tentang Indonesia pada saat itu pun masih sangat jarang.

Selain itu, Prof Arndt mengungkapan satu alasan lagi yang bersifat praktis, yaitu bahwa ongkos kegiatan akademis di Indonesia akan lebih rendah dibanding dengan China atau Jepang.

Pada awalnya usulan ini mendapat tanggapan dingin baik dari dalam ANU sendiri maupun akademisi di luar ANU. Namun Profesor Arndt berhasil mempertajam idenya tersebut setelah berkunjung ke Indonesia di penghujung tahun 1964 dan berdiskusi dengan kalangan intelektual Indonesia.

 

Pada tahun 1965, cikal-bakal Indonesia Project di ANU mulai muncul dengan terbitnya dua publikasi tentang Indonesia pada Departemen Ekonomi dan berangkatnya orang pertama di Departemen tersebut melakukan penelitian lapangan di  Indonesia .

Antara tahun 1965 hingga 1980, secara kelembagaan Indonesia Project di ANU mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Pada periode tersebut, empat buah buku tentang perekonomian Indonesia diterbitkan, dan lebih dari 160 artikel lainnya terbit dalam dalam berbagai jurnal akademis atau bab dalam buku kompilasi.

Jurnal yang diterbitkan oleh IP, Bulletin of Indonesian Economic Studies (BIES) meningkat oplagnya menjadi 1.500 eksemplar, setengah di antaranya beredar di Indonesia (dan duplikasi dalam bentuk fotokopi artikel di kalangan mahasiswa dan peneliti di Indonesia yang jumlahnya kemungkinan cukup besar).

Hingga tahun 1980, delapan mahasiswa menyelesaikan gelar doktornya dengan fokus pada Indonesia, dan perpustakaan Indonesia Project memiliki lebih dari 7.000 koleksi berkaitan dengan Indonesia – lebih banyak dari koleksi manapun di dunia (bahkan di Indonesia).

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-07-29/indonesia-project-di-anu-50-tahun-kerjasama-penelitian-dan-pendidikan/1475278
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement