Jumat 10 Jun 2016 10:53 WIB

Pakar Serukan Dunia Bentuk Milisi Siber

Pengguna komputer disandera oleh peretas yang melancarkan virus ransomware dan meminta uang tebusan.
Foto: abc
Pengguna komputer disandera oleh peretas yang melancarkan virus ransomware dan meminta uang tebusan.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Serangan tuntuan tebusan yang terjadi baru-baru ini terhadap sebuah perguruan tinggi di Kanada membuktikan pemerintah di seluruh dunia perlu mempertimbangkan gagasan menginvestasikan milisi internet.

Universitas Calgary dipaksa membayar lebih dari Rp 200 juta kepada penjahat di internet pascaserangan lebih lanjut pada jaringan mereka pekan lalu.

Profesor Greg Austin dari Pusat Keamanan Siber Australia mengatakan insiden ini menunjukkan perguruan tinggi secara khusus amat rentan.

"Perguruan tinggi merupakan target kejahatan utama bagi para penjahat siber karena sistem jaringan perguruan tinggi menyimpan kekayaan intelektual yang penting. Serangan terhadap Universitas Calgary menunjukkan semua institusi besar, seperti rumah sakit, lembaga bisnis, perguruan tinggi semuanya rentan terhadap serangan siber berbahaya dan melemahkan satu sama lain,” katanya.

Profesor Austin mendorong agar Australia mendirikan apa yang disebut milisi dunia maya. "Kita memang memiliki kemampuan siber di Angkatan Pertahanan Australia sekarang ini, dan itu sangat bagus," katanya.

"Tapi ada pertanyaan tentang apa yang Kita butuhkan selain itu, yang dapat menjangkau seluruh sektor sipil untuk tugas-tugas penting seperti perlindungan infrastruktur penting atau untuk memerangi kejahatan siber.”

"Keuntungan memiliki semacam pengaturan milisi-tipe baru ini adalah anda dapat menarik keterampilan yang ada di publik yang lebih luas, dalam angkatan kerja, tanpa mereka harus menggunakan seragam lengkap setiap waktu, sehingga Anda dapat menarik mereka untuk terlibat ketika ada kejadian darurat atau lainnya di dunia maya,”

Linda Dalgetty, Wakil Presiden Keuangan dan Jasa Universitas Calgary mengatakan pada akhirnya keputusan yang dibuat oleh lembaganya adalah untuk membayar tebusan.

"Kami tidak ingin orang lain berada dalam posisi kami yang tidak memiliki pilihan untuk mendapatkan kembali potensi kerja seumur hidup mereka di masa depan, jika Mereka datang hari ini dan mengatakan 'file saya telah dienkripsi, saya tidak bisa mendapatkan file saya'," katanya kepada Canadian Broadcasting Corporation.

Insiden itu digambarkan sebagai serangan minta tebusan di mana penjahat siber mengenkripsi sistem komputer sehingga tidak dapat digunakan.

Dalam sebuah pernyataan, Universitas Calgary mengatakan ini merupakan bagian dari tren global yang sangat mengganggu serangan malware yang sangat canggih dan berbahaya. "Tidak ada indikasi bahwa data pribadi maupun universitas atau lainnya dirilis ke publik," kata pernyataan itu.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/rise-of-ransomware-attacks-prompts-expert-calls-for-governments/7497884
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement