Kamis 24 Jan 2019 13:23 WIB

Cina Akui Tahan Warga Australia

Yang Hengjun merupakan penulis dan blogger terkenal kelahiran Cina.

Red: Nur Aini
Bendera Cina.
Foto: ABC News
Bendera Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kedutaan Australia di Beijing mengatakan bahwa seorang penulis Australia telah ditahan pihak berwenang Cina. Penulis tersebut merupakan kelahiran Cina yang hilang setelah tiba di bandara Guangzhou minggu lalu.

Cina memberitahu kedutaan bahwa mereka menahan blogger terkenal yang juga seorang komentator politik yang kritis, Yang Hengjun. Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) Rabu (23/1).

Menurut DFAT, pejabat Australia sejauh ini belum bisa bertemu dengan pria berusia 53 tahun tersebut.

"DFAT sedang berusaha mencari kejelasan mengenai penahanan dan guna mendapatkan akses konsuler, sebagai langkah prioritas, sesuai dengan perjanjian konsuler bilateral." kata pernyataan DFAT.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Cina sebelumnya dalam jumpa pers mengatakan dia tidak mengetahui adanya kasus penahanan tersebut.

Yang Hengjun missing after arriving at Guangzhou airport" src="http://www.abc.net.au/news/image/10745026-3x2-700x467.jpg" alt="Yang Hengjun wears red shorts, a dark t shirt and black blazer as he stands on a deck with trees and cloudy skies in background." width="700" height="467" /> Photo: Pemimpin oposisi Bill Shorten mengatakan prihatin dengan situasi Yang Hengjun. (Twitter: Yang Hengjun)

Yang sebelumnya pernah bekerja di Kementerian Luar Negeri Cina dan kemudian menjadi warga negara Australia sudah tidak terlihat selama satu minggu.

Feng Chongyi, seorang profesor di University of Technology Sydney mengatakan kepada ABC bahwa Yang dibawa oleh 10 polisi keamanan negara, setelah tiba di Guangzhou dari New York. ABC belum bisa mengonfirmasi penahanan itu secara independen.

Pemimpin partai oposisi dari Partai Buruh di Australia Bill Shorten mengatakan kepada program televisi ABC News Breakfast bahwa situasi tersebut memprihatinkan.

"Kita tidak bisa menutup-nutupi hal ini. Ini adalah kasus seorang warga Australia yang ditahan di Cina. Kedutaan baru saja diberitahu." katanya.

"Saya mendukung seluruh upaya untuk menghubungi dia, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Namun ini mengkhawatirkan." katanya lagi.

Yang sekarang tinggal di New York (Amerika Serikat) juga tidak lagi memberikan komentar di Twitter di mana dia memiliki 130 ribu pengikut. Pada 2011, dia menghilang lebih dari dua hari setelah mengatakan dia diikuti oleh orang di bandara Guangzhou, sebelum kemudian muncul lagi.

Yang, penulis novel mengenai mata-mata, juga sudah bersikap low profile sejak pindah ke Amerika Serikat. PEN America, sebuah LSM yang bergerak di bidang sastra yang mendukung kebebasan berbicara telah menyerukan pembebasan segera Yang Henjun.

"Jelas sekali bahwa Yang tidak akan ditahan kalau bukan karena tulisan-tulisannya yang kritis sebelumnya.," kata direktur senior Free Experession Programs Summer Lopez.

Penahanan Yang terjad di saat Christopher Pyne berkunjung ke Beijing Kamis (24/1), menteri pertahanan Australia pertama yang berkunjung selama beberapa tahun terakhir.

Ketegangan antara Cina dengan negara-negara Barat meningkat sejak penahanan direktur eksekutif Huawei di Kanada bulan lalu, yang diikuti dengan penahanan dua warga Cina yang sedang bekerja di Cina. Australia sudah menyampaikan 'keprihatinan' berkenaan dengan penahanan kedua orang tersebut dan juga hukuman mati yang dijatuhkan terhadap warga Kanada ketiga karena penyeludupan narkoba.

Beijing bereaksi marah atas kritikan tersebut.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-01-24/cina-kukuhkan-tahan-penulis-australia-asal-china/10745258
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement