Jumat 22 Mar 2019 13:29 WIB

Australia Peringatkan Kelompok Supremasi Kulit Putih

Penganut ideologi supremasi kulit putih di Australia diawasi lebih ketat.

 Sekjen Kementerian Dalam Negeri Australia Michael Pezzullo menyatakan pihak berwajib kini memperketat pemantauan terhadap kelompok supremasi kulit putih.
Foto: ABC News/Matt Roberts
Sekjen Kementerian Dalam Negeri Australia Michael Pezzullo menyatakan pihak berwajib kini memperketat pemantauan terhadap kelompok supremasi kulit putih.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para penganut ideologi supremasi kulit putih, yang menganggap Islam dan imigran nonkulit putih tak boleh tinggal di Australia, kini mendapatkan pengawasan lebih ketat dari pihak berwajib. Sekjen Departemen Dalam Negeri Mike Pezzullo yang membawahi imigrasi, kepolisian dan intelijen mengatakan pengawasan dilakukan menyusul serangan terorisme di Christchurch pekan lalu.

Pezzullo mengatakan departemennya mendedikasikan diri untuk menentang ideologi ekstrem supremasi kulit putih dan para penganutnya setelah serangan di Selandia Baru. "Kalian berada dalam radar kami. Pengawasan dan tekanan terhadap kalian akan semakin meningkat," ujarnya seraya memperingatkan mereka tidak akan berhasil memicu perselisihan rasial di masyarakat.

Baca Juga

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai seberapa besar ancaman dari kelompok supremasi kulit putih di Australia. Sebelum serangan teror di Christchurch, Pezzullo menyebutkan tujuh ancaman nyata bagi keamanan nasional Australia. Namun, ekstremis sayap kanan sama sekali tidak dia sebutkan.

Dia menyebut serangan teror di Christchurch sebagai pembantaian mengerikan terhadap umat Islam yang sedang sembahyang. "Depdagri sejak itu bekerja bersama ASIO, AFP dan agen-agen lainnya untuk membantu rekan kami di Selandia Baru," ujarnya.

Bantuan tersebut terkait dengan penyelidikan terhadap pelaku teror yang merupakan warga Australia penganut supremasi kulit putih. Dalam rapat di Senat, Pezzullo juga ditanyai mengenai seorang pegawai Depdagri yang kini bekerja untuk Senator Fraser Anning.

Pegawai tersebut, menurut laporan surat kabar Sydney Morning Herald, merupakan staf yang menuliskan pidato pelantikan Senator Anning. Dalam pidato itu sang senator menyebutkan istilah solusi akhir bagi imigran Muslim, suatu istilah yang merujuk ke Nazi Jerman dalam PD II.

Pezzullo menjelaskan akan menyelidiki hal ini. Dia menegaskan Depdagri tidak akan menoleransi para pegawai yang berpandangan ekstremis. Senator Anning mendapat banyak kecaman dalam beberapa hari terakhir, setelah mengaitkan serangan terorisme di Christchurch dengan pendatang Muslim.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-03-22/pihak-berwajib-australia-peringatkan-kelompok-supremasi-kulit-p/10929896
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement