Selasa 20 Feb 2018 06:17 WIB

Hissene Habre: Kisah Percobaan Seorang Diktator

Inilah tentang naik turunnya salah satu diktator paling kejam di dunia, mantan Presid

Suasana perang sipil di Afrika.
Foto:

Pada pertengahan 1980an, Gaddafi tidak menarik pasukannya dari Chad utara. Dia tidak memenuhi kesepakatan yang dia buat dengan Mitterrand dan akibatnta terjadi ketegangan meningkat antara Prancis dan Libya.

Sebelumnya di ‘Wadi Doum’, Libya membangun sebuah saluran di Chad. Prancis menunjukkan keseriusannya dalam mendukung Chad melalui Operation Epervier (Operation Sparrowhawk), yang membombardir bandar udara di China utara.

photo
Presiden Prancis F Miterand dan Muamar Kadafi.

Kemajuan Libya mengancam stabilitas di wilayah tersebut. Dengan dukungan dari AS dan Prancis, Habre dapat mengambil kembali Wadi Doum pada tahun 1987 setelah "Perang Toyota" (dinamakan demikian karena penggunaan pickup Toyota oleh pasukan Chad selama konflik).

"Hissene Habre pada akhirnya, menghancurkan korps lapis baja Libya dan membunuh ribuan tentara Libya. Itu tidak akan terjadi jika tidak ada kerjasama Prancis dan Amerika yang efektif. Saya berharap Anda akan menghargai apa yang dicapai secara militer oleh orang Chad untuk membela diri dan negara mereka. Maka sebuah undangan dikirimkan ke Gedung Putih untuk Hissene Habre," kata Chester Crocker."

Setelah tujuh tahun berkuasa, Habre terobsesi dengan" musuh internal "di Chad, terutama setelah Idriss Deby, mantan kepala negara bagian yang memimpin sebuah pemberontakan terhadapnya pada tahun 1989. Sejak saat itu, siapa pun yang memiliki latar belakang etnis yang sama suku Zaghawa, telah menjadi sasaran.

Di N'Djamena, ibukota Chad, mereka ditahan di sebuah penjara yang disebut "Piscine", atau kolam renang, terletak di halaman belakang Habre sendiri. Ternyata tempat itu menjadi simbol rasa takut.

"Kami menyebutnya 'Piscine' karena dulu adalah kolam renang, digunakan oleh perwira Prancis selama penjajahan. mengubah kolam renang Dia menciptakan sebuah lantai di bawahnya, seperti sebuah lubang, dan di bawahnya ada sel: panjang, 3,13 m, lebar, 3.02m, tinggi, 4.70m, dengan jendela kecil tahanan. Itulah kami sebut ruang kematian," kata Mahamat Hassan Abakar, presiden komite menyelidiki ke kejahatan Habré. Di Piscine diperkiraan ada 200.000 orang disiksa selama rezim Habre,

Namun, Amerika Serikat dan Perancis berubah sikap. Ini terjadi setelah adanya dua serangan teror yang membuat sekutu Habre, Amerika Serikat bersikap lain, yakni adanya peledakan penerbangan Pan Am 103 di atas Lockerbie, di Skotlandia; dan sebuah pesawat UTA Prancis meledak di tengah Gurun Sahara. Kedua serangan tersebut membawa sikap bila Kolonel Gaddafi oleh AS diputuskan bahwa pemimpin Libya harus dieliminasi.

Maka kemudian muncul operasi tertutup yang dilakukan CIA. Tujuannya adalah untuk menyusup ke Libya dengan orang-orang Libya yang bisa menyerang fasilitas Libya.

Hank Cohen, Departemen Luar Negeri, Intelijen Services tahun 1980-1984 mengatakan Habre mendapati dirinya berada dalam posisi perlu untuk membalasnya.

Maka dia membuka negaranya kepada pasukan AS, yang memungkinkan mereka untuk melakukan mengejar tujuan mereka Hanya beberapa kilometer dari N'Djamena, CIA kemudian memiliki kamp-kamp rahasia tempat mereka melatih mantan tahanan Libya.

"Itu Reagan, Reaganlah yang membawa 2.000-3.000 tahanan Habre dalam perang melawan Gaddafi. Mereka dilatih untuk melawan Gaddafi,” kata Claude Silberzahn, direktur eksternal Prancis badan keamanan antara tahun 1989 dan 1993.

Prancis pun tidak siap untuk mengundurkan diri, dan meminta datang seteru Habre: Idriss Deby, yang kala itu berada di Sudan. Ketika pasukan Deby memasuki N'Djamena, kali ini militer Prancis tidak melakukan campur tangannya alias membiarkannya.

Setelah runtuhnya rezimnya, Habre melarikan diri ke Senegal dengan membawa uang 11 juta dolar AS, di mana dia tinggal sebagai orang bebas selama 23 tahun, meskipun mendapat perintah pengadilan internasional atas dia.

Namun  hakim agung yang ditunjuk, yakni  Abakar, memimpin sebuah komisi atas kejahatan yang dilakukan oleh rezim Habre. Dia mengumpulkan keterangan saksi dari korban dan sejumlah kuburan massal. Banyak korban masih menderita akibat traumatis kehidupan sebagai tahanan di bawah rezim Habre di bawanya.

 

photo
Habre bungkam ketika diadili.

Hakim Agung ini kemudian menyatakan kediktatoranlah yang bertanggung jawab atas kejadian di Chad selama masa pemerintahannya. "Entah itu Prancis atau Amerika Serikat, itu kebiasaan Habre dan tanggung jawab mereka. Kami perlu memberikan kontribusi, secara material, finansial dan personil untuk membunuh orang Afrika, saya pikir mereka akan bertemu dalam perjalanan mereka, "kata Clement Aboufaita, mantan tahanan rezim Habre.

Habre divonis pada 30 Mei 2016 oleh Pengadilan Khusus Afrika dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, penyiksaan dan pemerkosaan. Pengacara Habre telah mengajukan banding atas putusan pengadilan tersebut.

sumber : al jazeera.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement