Ahad 18 Mar 2018 09:29 WIB

UNHCR: Pengungsi di Ethiopia Capai 900 Ribu Jiwa

Ada 15.097 pengungsi baru menurut catatan UNHCR.

Anak-anak Ethiopia, ilustrasi
Anak-anak Ethiopia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) di Ethiopia baru-baru ini mengungkapkan organisasi itu telah mencatat 15.097 pengungsi baru. Sehingga, jumlah pengungsi di Ethiopia jadi 909.301 sampai 28 Februari.

UNHCR menyatakan sebagian besar pengungsi yang terdafta selama dua bulan pertama 2018 berasal dari Sudan Selatan dan Eritrea, masing-masing dalam jumlah 10.700 dan 3.700. Organisasi pengungsi PBB tersebut menyiarkan jumlah itu saat UNHCR berusaha menyoroti jurang pemisah dana yang dihadapinya untuk memenuhi kebutuhan pengungsi, yang saat ini diperkirakan berjumlah 335,8 juta dolar AS.

Sebanyak 11 persen di antara jumlah itu sejauh ini telah disumbangkan kepada UNHCR. Kebanyakan pengungsi di Ethiopia datang dari negara yang dilanda pergolakan, Somalia dan Sudan Selatan serta negara tetangga di sebelah utara Ethiopia, Eritrea.

Beberapa kelompok pengungsi yang lebih kecil dan menyelamatkan diri dari perang di Sudan serta dari seberang Laut Merah dari Yaman juga menjadi bagian dari kelompok yang telah didaftar oleh UNHCR sebagai pengungsi di Ethiopia. Sementara, Ethiopia saat ini menjadi lima negara teratas yang menampung pengungsi di dunia, negara tersebut juga adalah salah satu dari lima negara Afrika yang ikut dalam Kerangka Kerja Tanggap Pengungsi Menyeluruh (CRRF).

CRRF adalah kendaraan bagi pelaksanaan janji yang dibuat dalam pertemuan puncak para pemimpin PBB pada September 2016 di New York. Pengungsi Ethiopia akan diberi dana karena membantu memberikan pendidikan dan penyediaan lapangan kerja di Ethiopia.

Negara Barat berharap skema seperti CRRF akan membujuk pengungsi yang tinggal di Ethiopia serta negara lain Afrika. Tujuannya agar tidak melakukan perjalanan penuh bahaya untuk mencapai negara mereka dan sebaiknya tetap tinggal di negara yang saat ini menampung mereka.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement