Jumat 27 Apr 2018 19:10 WIB

10 Pekerja Bantuan Hilang di Sudan Selatan

Para pekerja tersebut hilang dalam perjalanan dari kota Yei menuju Tore

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Peta wilayah Sudan Selatan
Foto: IST
Peta wilayah Sudan Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, YEI -- PBB mengumumkan pada Kamis (26/4) bahwa 10 pekerja bantuan di Sudan Selatan dalam perjalanan dari kota Yei menuju Tore. Jarak kedua kota itu sekitar 80 kilometer.

 

Para pekerja bantuan hilang pada Rabu (25/4) pagi waktu setempat tak lama setelah berangkat. MenurutKantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) sampai saat ini pekerja bantuan medis itu belum diketahui keberadaannya. Di antara mereka yang hilang adalah anggota staf UNOCHA dan dua dari badan anak-anak PBB, UNICEF.

 

Anggota konvoi lainnya termasuk staf bantuan dari Plan International, Action Africa Help, South Sudanese Development Organization, dan ACROSS. Koordinator kemanusiaan PBB untuk Sudan Selatan Alain Noudehou, mengatakan pada Kamis dia segera mencari informasi tentang kasus tersebut.

 

"Kami sangat prihatin dengan keberadaan para pekerja kemanusiaan ini dan sedang mencari informasi tentang kesejahteraan mereka," kata Noudehou, dikutip Aljazirah."Orang-orang ini, staf PBB dan LSM, ada di sini untuk membantu orang-orang Sudan Selatan dan tidak boleh menjadi sasaran. Rekan-rekan kami harus dibebaskan tanpa syarat sehingga pekerjaan mereka dapat berlanjut."

 

Noudehou juga menyerukan kepada semua pihak dalam konflik di Sudan Selatan untuk menyediakan lingkungan yang aman aga r bantuan dapat disalurkan.Pekerja bantuan sering menjadi sasaran oleh pasukan bersenjata yang beroperasi di Sudan Selatan sejak perang saudara itu dimulai. 

 

Perang yang bermuatan etnis itu meletus pada Desember 2013 ketika pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir bentrok dengan pendukung setia Wakil Presiden Riek Machar.Kesepakatan damai yang ditengahi antara Machar dan Kiir pada Agustus 2015 menyebabkan terciptanya pemerintahan persatuan di bulan April berikutnya.

 

Namun, pemerintahannya bangkrut setelah hanya tiga bulan ketika kekerasan kembali meletus antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Gerakan Pembebasan Oposisi Rakyat Sudan (SPLM-IO) milik Machar.

 

Wakil juru bicara untuk SPLM-IO,Lem Paul Gabriel, mengatakanpada Kamis bahwa pasukan kelompok itu sedang menyelidiki insiden itu. "Saya tidak menyangkal atau menerima bahwa kami adalah orang-orang yang bertanggung jawab untuk ini tetapi kami sedang menyelidiki karena itu adalah wilayah kami, tetapi kami seharusnya tidak mengesampingkan kehadiran angkatan bersenjata lainnya," kata Gabriel."Jadi sampai kita mendapatkan laporan itu dari komandan darat, kita tidak akan bisa mengkonfirmasi."

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement