Sabtu 23 Jun 2018 23:01 WIB

PM Ini Lolos dari Serangan Granat

Penyerangan ini saat PM Abiy berpidato di Alun Alun Meskel, pusat kota Addis Ababa

Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed
Foto: BBC
Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed lolos dari serangan granat pada Sabtu di satu pawai di ibu kota. Walaupun sejumlah orang menderita luka-luka, kata beberapa pejabat dan saksi mata.

Serangan itu dilakukan oleh penyerang tak dikenal beberapa saat setelah perdana menteri yang berusia 41 tahun, seorang mantan tentara yang naik ke tampuk kekuasaan pada April. Ia selesai berpidato di hadapan puluhan ribu orang yang berkumpul di Alun-Alun Meskel di pusat kota Addis Ababa.

Seorang saksi mata melihat Abiy dibawa pergi oleh pengawalnya. Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters, penyerang tersebut yang membawa granat diringkus oleh polisi sebelum granat meledak.

Kepala Staf Perdana Menteri mengatakan 83 orang menderita luka-luka dengan enam orang dalam keadaan kritis. Tetapi ia mengatakan tak seorang pun dalam peristiwa itu meninggal, kendati pernyataan-pernyataan sebelumnya oleh pihak berwenang mengindikasikan beberapa orang meninggal. Seorang perwira polisi mengatakan 100 orang luka-luka.

Ketika berpidato di televisi beberapa waktu kemudian, PM Abiy menyatakan serangan tersebut merupakan sebuah "usaha oleh kekuatan yang tak ingin melihat Ethiopia bersatu". Abiy telah berjanji dalam pidato saat pawai akan membawa lebih banyak transparansi kepada pemerintah dan rekonsiliasi kepada sebuah negara yang dicabik-cabik oleh aksi-aksi protes selama bertahun-tahun.

Saat berbicara di televisi, ia masih mengenakan baju kaos yang diberikan kepadanya oleh panitia penyelenggara. Eritrea, yang telah berselisih dengan Ethiopia soal perbatasan yang Abiy berusaha selesaikan, mengutuk insiden itu. Uni Eropa dan Amerika Serikat juga mengutuk serangan tersebut.

Abiy berkuasa setelah pendahulunya Hailemariam Desalegn, mundur setelah aksi-aksi unjuk rasa pada tahun 2015 di negara berpenduduk 100 juta orang. Undang-undang darurat diberlakukan sementara sebagai upaya mengatasi pergolakan dan dicabut bulan ini.

Kendati membanggakan diri sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang tumbuh paling cepat di Afrika, para penentang mengatakan keuntungan-keuntungan tak terbagi rata di antara kelompok-kelompok etnis dan kawasan-kawasan di negara itu, yang telah diperintah oleh koalisi yang sama selama lebih seperampat abad. Abiy telah berkunjung ke kawasan-kawasan di negara itu, dengan mambawa janji mengatasi keluhan-keluhan dan mengatasi hak-hak sipil dan politik.

Setelah ledakan pada Sabtu, kepala staf perdana menteri menulis di Twitter: "Sejumlah orang yang hatinya berisi benci berusaha melancarkan serangan granat". "Semua orang yang jadi korban adalah martir cinta & damai. Tuan PM menyampaikan belasungkawa kepada para korban. Para pelaku akan diadili," demikian Fitsum Arega dalam kicauannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement