Senin 09 Jul 2018 01:18 WIB

20 Tahun Berkonflik, Ethiopia dan Eritrea Akhirnya Berdamai

Ethiopia dan Eritrea tak memiliki hubungan diplomatik sejak perang dimulai pada 1998

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nidia Zuraya
Konflik Ethiopia dan Eritrea
Foto: Tigrai Online
Konflik Ethiopia dan Eritrea

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Untuk pertama kalinya, dua pemimpin dari negara yang bermusuhan bertemu untuk mengakhiri salah satu konflik terlama di Afrika. Perdana Menteri baru reformis Ethiopia Abiy Ahmed tiba di ibukota Eritrea dan disiarkan secara langsung oleh televisi pemerintah Eritrea.

Bahkan, Presiden Isaias Afwerki menyambutnya di bandara. Mereka lalu berpelukan, yang disebut sebagai pelukan persaudaraan.

Menyambut kebahagian atas mesranya dua pemimpin tersebut, banyak orang menari dan bernyanyi untuk para pemimpin, dan sepangjang jalanan Asmara sampai-sampai mdipajang bendera Ethiopia dan Eritrea. Abiy dan Afwerki melakukan perjalanan melintasi ibu kota dalam iring-iringan mobil besar ketika orang-orang mengenakan kaos dengan gambar para pemimpin sambil bersorak-sorai.

Para pemimpin kemudian bertemu satu-satu, dengan Abiy yang tersenyum ke arah Afwerki di bawah dinding yang terdapat foto mereka. Kunjungan itu terjadi sebulan setelah Abiy mengejutkan orang-orang dengan sepenuhnya menerima perjanjian damai, yang mengakhiri perang perbatasan dua tahun antara dua negara Afrika Timur yang menewaskan puluhan ribu orang.

Ethiopia dan Eritrea belum memiliki hubungan diplomatik sejak perang dimulai pada tahun 1998. ''Kedua negara kami berbagi sejarah dan ikatan yang tidak seperti yang lain. Kita sekarang bisa mengatasi dua dekade ketidakpercayaan dan bergerak ke arah yang baru,'' kata Kepala staf Abyy, Fitsum Arega, Ahad (8/7).

Kementerian luar negeri Ethiopia menyebut kunjungan itu bagian dari upaya untuk menormalkan hubungan dengan Eritrea. Abiy diharapkan berbicara dengan pimpinan Eritrea tentang bagaimana memperbaiki pagar perbatasan.

Keputusan untuk sepenuhnya menerima perjanjian damai adalah reformasi terbesar dan paling mengejutkan yang belum diumumkan oleh perdana menteri Ethiopia, yang mulai menjabat pada bulan April. Ia dengan cepat memulai gelombang reformasi, membebaskan jurnalis dan tokoh-tokoh oposisi dari penjara, menjalankan ekonomi negara secara terbuka dan membuka blokir ratusan situs web setelah bertahun-tahun protes anti-pemerintah yang menuntut lebih banyak kebebasan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement