Kamis 13 Sep 2018 06:15 WIB

Presiden Sudan Selatan dan Pemimpin Pemberontak Berdamai

Perdamaian tersebut mengakhiri konflik perang yang terjadi di Sudan Selatan

Mantan Wapres Sudan Selatan, Riek Machar, yang dituding melakukan kudeta.
Foto: Reuters
Mantan Wapres Sudan Selatan, Riek Machar, yang dituding melakukan kudeta.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar menandatangani perjanjian perdamaian pada Rabu (12/9) dalam temu puncak kawasan di Ethiopia. Sudan Selatan terjerumus ke konflik peperangan sesudah memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada 2011.

Perselisihan politik Kiir dengan Machar meledak menjadi bentrok tentara. Kesepakatan perdamaian sebelumnya, yang ditandatangani pada 2015, berantakan setahun kemudian setelah bentrokan pecah antara pasukan pemerintah dengan pemberontak, yang memaksa Machar meninggalkan Juba.

Perjanjian baru itu, ditengahi Sudan, mengembalikan Machar, mantan wakil presiden, ke perannya semula. Amerika Serikat, Inggris dan Norwegia, yang dikenal sebagai Tiga Sekawan pengawas upaya perdamaian, menyambut penandatanganan kesepakatan oleh Kiir, Machar dan kelompok lain itu.

"Kami mengharapkan pembicaraan tetap terbuka bagi yang belum meyakini keberlanjutan perjanjian ini," kata pernyataan mereka, "Kita harus merebut kesempatan kawasan lebih luas ini untuk mendapatkan perdamaian bagi rakyat Sudan Selatan."

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement