Rabu 31 Oct 2018 15:40 WIB

Ke Manakah Raibnya Rp 85 Triliun Harta Gaddafi?

Aliran dana ke Libya dari aset Gaddafi dikhawatirkan mengalir ke milisi bersenjata.

Pemimpin Libya Muammar Gaddafi
Pemimpin Libya Muammar Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Otoritas Belgia hingga kini masih menyelidiki misteri bobolnya rekening pribadi mantan presiden Libya almarhum Muammar Gaddafi yang telah dibekukan di sejumlah bank Belgia.

Setidaknya, 5,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 85 triliun) raib dan diduga dialirkan ke pihak misterius di Libya. Ironisnya, hingga kini penerima transferan tersebut masih belum terlacak.  

Investigasi ini dilakukan langsung Jaksa Agung Belgia George Gilkinet. Penyelidikan yang sama juga ditempuh oleh PBB. Kepada Televisi RTBF Belgia, Gilkinet, mengatakan, harta Gaddafi yang raib itu dalam jumlah euro sebesar 5 miliar dan yang pasti telah dialirkan ke pihak misterius di Libya. 

Hal ini menandakan bahwa Belgia belum sepenuhnya menjalankan keputusan PBB untuk membekukan seluruh harta Libya, terutama milik Gaddafi.

“Saya minta pemerintah segera menjelaskan keadaan agar tidak menimbulkan kekacauan besar,” kata dia seperti dilansir Alarabiya, Selasa (31/10).   

Terungkapnya skandal ini memunculkan perdebatan di Belgia di tengah kekhawatiran keberadaan dana tersebut akan disalahgunakan untuk mendanai milisi-milisi  bersenjata yang berkontribusi menciptakan instablitas Libya hingga detik ini. 

Sebelumnya, pembekuan aset Gaddafi memang sudah dilakukan sejak 2011 atas instruksi PBB. Total asetnya mencapai 16,1 miliar euro. Namun, keuntungan dari aset tersebut ternyata tidak tersentuh sama sekali hingga akhirnya terungkap belakangan ini. 

Dihubungi secara terpisah, kepada Alarabiya, Ketua Tim Pencarian Aset Libya yang berada di bawah Dewan Sentral Pemerintahan Koalisi, Anwar Arif, mengatakan, pihaknya tidak tahu-menahu terkait pihak-pihak misterius yang diduga sebagai penerima untung dari aset Gaddafi yang dibekukan di Belgia. 

“Belum ada permintaan dari pihak manapun untuk investigasi terkait identitas pihak itu dan pengawasan atas pergerakan transaksi yang datang ke Libya,” tutur dia.     

Dia menyebutkan, sejak tujuh tahun terakhir, upaya penelusuran aset-aset Libya di luar negeri memang kerap menemui kendala. Ini, antara lain, karena ada upaya tertentu untuk menguasai aset tersebut dan belum adanya angka resmi terkait berapa jumlah pasti total aset tersebut. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement