Rabu 09 Jan 2019 10:04 WIB

Gabon Putus Akses Internet Setelah Kudeta Gagal

Upaya kudeta terjadi saat Presiden Gabon Ali Bongo ke luar negeri.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Presiden Gabon Ali Bongo Ondimb.
Foto: AP Photo/Francois Mori
Presiden Gabon Ali Bongo Ondimb.

REPUBLIKA.CO.ID, LIBREVILLE -- Situasi di Gabon masih belum kondusif sehari setelah tentara melakukan upaya kudeta, pada Selasa (8/1). Pemerintah Gabon telah memutus koneksi Internet dan layanan penyiaran, serta mengklaim pasukan pemberontak telah berhasil dibunuh dan ditangkap.

Pemutusan akses ke sumber-sumber informasi selama kudeta telah dikecam oleh Committee to Protect Journalists (CPJ). Upaya kudeta itu terjadi ketika Presiden Gabon Ali Bongo keluar dari negara tersebut untuk menjalani perawatan medis di Maroko.

"Memutus layanan internet dan penyiaran selama masa krisis membuat wartawan tidak mungkin melakukan pekerjaan mereka secara efisien dan aman," kata koordinator CPJ untuk program Afrika, Angela Quintal, dikutip Aljazirah.

"Warga ditutup aksesnya ke informasi yang dapat diandalkan, yang mereka butuhkan untuk mengambil keputusan. Kami menyerukan pihak berwenang di Gabon untuk segera dan sepenuhnya mengembalikan akses Internet dan mengangkat semua pembatasan penyiaran," ujar dia dalam sebuah pernyataan.

Tentara mengambil alih kantor stasiun radio nasional pada Senin (7/1) pagi. Mereka menyerukan kepada masyarakat untuk bangkit melawan Presiden Bongo yang sedang memulihkan diri di luar negeri setelah menderita stroke di Arab Saudi pada Oktober lalu.

Letnan Kelly Ondo Obiang, didukung oleh dua tentara yang berdiri di belakangnya dengan senapan serbu, muncul di televisi nasional. Ia mengatakan upaya kudeta itu dilakukan oleh kelompok yang disebut Patriotic Movement of the Defence and Security Forces of Gabon.

Menurut Ondo Biang, tujuan mereka adalah untuk memulihkan demokrasi di negara Afrika Tengah yang kaya akan minyak itu.

"Sekali lagi, pemegang kekuasaan secara terus-menerus memperdaya Ali Bongo Ondimba, seorang pasien yang tidak banyak memiliki kemampuan fisik dan mental," ungkapnya.

Pasukan keamanan Gabon kemudian menyerbu markas penyiaran negara dan menangkap Ondo Biang serta beberapa tentara lainnya yang telah membunuh dua anggota timnya. Wartawan dan teknisi yang disandera dan dipaksa untuk membantu menyiarkan pernyataan Ondo Biang, telah dibebaskan.

"Situasinya terkendali," kata kantor pemerintahan Gabon dalam sebuah pernyataan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement