Selasa 06 Nov 2018 14:26 WIB

Pria Bersenjata di Kamerun Culik 79 Siswa Sekolah

Kekerasan meningkat di Kamerun sejak 2018.

Rep: Marniati/ Red: Nashih Nashrullah
Pasukan Perdamaian di Kamerun (Ilustrasi)
Foto: Reuters/Siegfriend Modola
Pasukan Perdamaian di Kamerun (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YAOUNDE—Sebanyak 79 siswa di Kamerun barat menjadi korban penculikan oleh pria bersenjata. Seorang pendeta setempat mengatakan milisi separatis bertanggung jawab atas penculikan itu. 

Penculikan itu terjadi pada dini hari di kota Bamenda di wilayah Northwest. Sumber militer dan pemerintah mengatakan anak-anak, kepala sekolah dan sopir mereka dibawa ke hutan di luar kota. Tentara mulai mencari di daerah itu.

Kelompok Anglophone telah memberlakukan jam malam. Sekolah ditutup sebagai bagian dari protes mereka terhadap pemerintahan Presiden Paul Biya yang berbahasa Prancis. Pemerintah dianggap memarginalisasi minoritas yang berbahasa Inggris.

Seorang juru bicara separatis membantah terlibat dalam penculikan itu.

"Total 81 orang diculik termasuk kepala sekolah (mereka). Mereka dibawa ke semak-semak," kata sebuah sumber militer kepada Reuters

Seorang juru bicara militer mengkonfirmasi penculikan itu. Tetapi ia menolak menyebutkan jumlah korban penculikan. 

Ia mengatakan penculikan kemungkinan besar dilakukan oleh separatis. Juru bicara separatis menyalahkan tentara pemerintah.

Samuel Fonki, seorang pendeta untuk Gereja Presbyterian di Kamerun, mengatakan separatis bertanggung jawab.

"Mereka mengatakan saya harus menutup sekolah. Mereka meminta tebusan," katanya, meskipun tidak ada jumlah yang ditentukan.

Gerakan separatis meningkat pada 2017 setelah tindakan keras pemerintah terhadap demonstrasi damai. Salah satu keluhan  adalah bahwa guru-guru yang berbahasa Perancis dikerahkan ke sekolah-sekolah berbahasa Inggris di wilayah Barat Laut dan Barat Daya.

Kekerasan meningkat pada  2018, termasuk selama penumpasan tentara di mana warga sipil terbunuh. 

Banyak orang telah meninggalkan Bamenda dan pusat-pusat lain untuk mencari perlindungan di daerah-daerah Francophone yang lebih damai.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement