Senin 11 Mar 2019 18:55 WIB

1.000 Hakim Aljazair Tolak Awasi Pemilu Jika Bouteflika Maju

Hal ini menjadi pukulan terbesar bagi Bouteflika.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Abdelaziz Bouteflika
Foto: EPA/Mohammad Messara
Abdelaziz Bouteflika

REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Sebanyak lebih dari 1.000 hakim di Aljazair dilaporkan menolak mengawasi pemilihan umum yang rencananya digelar April mendatang. Hal itu dilakukan jika Presiden Abdelziz Bouteflika kembali mencalonkan diri.

Dalam sebuah pernyataan, para hakim mengatakan mereka juga telah membentuk asosiasi baru. Hal ini menjadi pukulan terbesar bagi Bouteflika yang baru saja kembali ke Aljazair setelah menjalani perawatan medis di Swiss, Ahad (10/3).

Baca Juga

Kedatangan Bouteflika bersamaan dengan unjuk rasa warga Aljazair secara besar-besaran. Dalam aksi yang telah digelar selama tiga pekan tersebut, mereka meminta presiden berusia 82 tahun itu menarik diri dari pencalonan kembali sebagai pemimpin negara.

Para warga menolak sistem politik yang dilakukan oleh Bouteflika. Bahkan, penolakan itu termasuk dalam tawaran Bouteflika yang mengatakan akan membatasi masa jabatannya jika ia memenangkan pemilihan presiden.

Bouteflika menjadi salah satu pemimpin yang berhasil tetap berkuasa saat Arab Spring atau Musim Semi Arab terjadi pada 2011. Dalam gerakan tersebut, sejumlah pemimpin di negara-negara sekitar Aljazair ditumbangkan.

Sejak 2013, Bouteflika mulai jarang terlihat di hadapan publik karena penyakit strok yang dideritanya. Ia muncul kembali pada April tahun lalu di Ibu Kota Aljir dan terlihat menggunakan kursi roda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement