Senin 11 Mar 2019 19:34 WIB

Kotak Hitam Ethiopian Airlines Ditemukan dalam Kondisi Rusak

Orang-orang dari 35 negara tewas dalam jatuhnya Ethiopian Airlines.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Foto yang diambil dari video menunjukkan petugas mencari korban diantara puing-puing jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines di daerah Hejere sekitar 50 km dari selatan Addis Ababa Kenya, Ahad (10/3).
Foto: AP
Foto yang diambil dari video menunjukkan petugas mencari korban diantara puing-puing jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines di daerah Hejere sekitar 50 km dari selatan Addis Ababa Kenya, Ahad (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID, EJERE -- Kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines Boeing 737 Max 8 yang jatuh pada Ahad (10/3) telah ditemukan. "Kotak hitam pesawat yang berisi data penerbangan dan perekam suara kokpit telah ditemukan," kata juru bicara Ethiopian Airlines, Asrat Begashaw, Senin (10/3).

Dia mengatakan, meskipun belum diketahui apa yang menyebabkan jatuhnya pesawat baru itu, maskapai memutuskan mendaratkan sisa empat 737 Max 8 sampai pemberitahuan lebih lanjut. Ethiopian Airlines sebelumnya menggunakan lima pesawat dan menunggu pengiriman 25 pesawat lagi dari Boeing.

Baca Juga

Beberapa maskapai lain di seluruh dunia memutuskan melakukan hal yang sama. Otoritas penerbangan di Cina dan Indonesia bersama dengan operator Karibia Cayman Airways untuk sementara mengandangkan Max 8 mereka.

Pekerja Palang Merah perlahan-lahan mengambil puing-puing yang tersebar luas di dekat kawah kecelakaan yang menghitam, mencari jenazah dari 157 korban. Di antara serpihan puing-puing terdapat buku-buku, paspor yang sobek, dan kartu nama dalam berbagai bahasa. Alat berat menggali bagian-bagian pesawat yang lebih besar.

Namun, seorang pejabat maskapai penerbangan mengatakan kepada Associated Press kotak hitam sebagian rusak dan mereka masih harus melihat data apa yang bisa diambil dari itu. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena kurangnya otorisasi untuk berbicara kepada media.

Juru bicara maskapai mengatakan, pakar forensik dari Israel telah tiba untuk membantu penyelidikan. Otoritas Ethiopia memimpin penyelidikan atas kecelakaan itu, dibantu oleh AS, Kenya, dan lainnya.

"Hal-hal semacam ini membutuhkan waktu," kata Menteri Transportasi Kenya, James Macharia kepada wartawan.

Orang-orang dari 35 negara tewas dalam kecelakaan tersebut. Ethiopian Airlines mengatakan pilot senior mengeluarkan panggilan darurat dan disuruh kembali tetapi semua kontak hilang tak lama setelah itu. Pesawat itu jatuh di Hejere, dekat Bishoftu.

"Saya mendengar suara keras. Penduduk desa mengatakan itu adalah kecelakaan pesawat dan kami bergegas ke lokasi. Ada asap besar yang kami bahkan tidak bisa melihat pesawat. Bagian-bagian pesawat hancur berantakan," kata seorang warga setempat, Tsegaye Reta, Senin.

Kenya kehilangan 32 orang, lebih banyak dari negara lainnya. Menteri Transportasi Kenya James Macharia mengatakan, kerabat dari 25 korban telah dihubungi dan menjaga kesejahteraan mereka adalah yang paling penting.

"Beberapa dari mereka, seperti yang Anda tahu, mereka sangat tertekan. Mereka kaget seperti kita. Mereka berduka." katanya.

Kanada, Ethiopia, AS, Cina, Italia, Prancis, Inggris, Mesir, Jerman, India, dan Slovakia semuanya kehilangan empat atau lebih warga negara. Para pemimpin badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Program Pangan Dunia mengumumkan rekan-rekannya telah naik pesawat. Badan migrasi PBB memperkirakan 19 karyawan yang berafiliasi dengan PBB telah tewas dalam kecelakaan itu.

Baik Addis Ababa dan Nairobi adalah pusat utama bagi pekerja kemanusiaan, dan beberapa telah dalam perjalanan menuju konferensi lingkungan PBB yang akan dimulai Senin di Nairobi. Bendera PBB di acara tersebut dikibarkan setengah tiang.

Kecelakaan itu sangat mirip dengan jet Lion Air dari model Boeing tahun lalu dan menewaskan 189 orang. Pakar keselamatan memperingatkan agar tidak terlalu banyak membandingkan antara kedua tabrakan itu sampai lebih banyak diketahui tentang kecelakaan tersebut.

Pesawat Ethiopia dikirim oleh Boeing ke maskapai pada November. Perawatan terakhir jet itu pada 4 Februari, dan baru terbang selama 1.200 jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement