Kamis 21 Mar 2019 21:12 WIB

Banyak Korban Badai Idai di Mozambik tak Tertolong

Tim penyelamat di Mozambik berkejaran dengan waktu menolong korban badai.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Warga mencari anggota keluarganya yang tertimbun tanah longsor akibat Badai Idai di Chimaniman, sekitar 600 kilometer di tenggara Harare, Zimbabwe, Selasa (19/3).
Foto: AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi
Warga mencari anggota keluarganya yang tertimbun tanah longsor akibat Badai Idai di Chimaniman, sekitar 600 kilometer di tenggara Harare, Zimbabwe, Selasa (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRA -- Tim penyelamat di Mozambik berkejaran dengan waktu untuk menyelamatkan ratusan orang yang masih terjebak di atas atap rumah dan pohon di sekitar kota Beira yang hancur karena Badai Idai. Bencana alam itu menenggelamkan banyak desa dan menyapu sebagai besar wilayah selatan Afrika.

Dilansir di Aljazirah, Kamis (21/3) tim penyelamat mengatakan mereka sempat bertemu para korban selamat yang terjebak di atas pohon. Para perempuan melemparkan bayi-bayi mereka ke perahu karet tim penyelamat.

Baca Juga

Saat ini tim penyelamat masih dalam tahap membawa orang yang terendam sampai kepala ke wilayah di mana air hanya setinggi pergelangan kaki. Pada Kamis pekan lalu Badai Idai menghantam Beira dengan kecepatan 170 kilometer per jam.

Badai itu lalu bergerak ke Zimbabwe dan Malawi, membunuh ratusan orang dan mengancam nyawa juta lainnya. PBB mengatakan bencana ini mungkin menjadi salah satu bencana alam terburuk yang pernah terjadi di belahan bumi sebelah selatan.

Pemerintah Mozambik mengatakan sampai saat ini baru ada 217 orang yang diketahui tewas. Sementara itu di ada 98 orang yang tewas di Zimbabwe dan 56 orang di Malawi.

Tapi jumlah tersebut dapat terus bertambah karena tim penyelamat masih terus menemukan korban tewas di mana-mana. Presiden Mozambik Filipe Nyusi yang mendeklarasikan hari berkabung nasional pada Rabu (20/3) kemarin memperingatkan jumlah korban meninggal akibat badai dan banjir dapat mencapai 1.000 orang.

Dalam pernyataan sebelumnya Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan 90 persen wilayah Beira hancur. Salah satu warga Josias Elias yang ditemukan sedang bergantung di atas pohon yang hampir tenggelam mengatakan seluruh desanya terendam banjir.

"Tidak ada alasan untuk kembali, semua rumah kami hancur," kata Elias kepada Aljazirah.

Pada hari Selasa lalu dengan bantuan helikopter Angkatan Udara Afrika Selatan tim penyelamat berhasil menyelamatkan 167 orang di sekitar Beira. Pada Kamis Kementerian Tanah dan Lingkungan Mozambik mengatakan ada sekitar 3.000 orang yang berhasil diselamatkan di seluruh negeri itu.

Sementara itu masih ada 15 ribu orang lagi yang perlu diselamatkan. "Kehancurannya begitu luas, sepanjang mata memandang, hanya ada air, Anda tidak bisa melihat daratan," kata Travis Trower salah satu anggota tim penyelamat dari Afrika Selatan.

Pada Jumat pekan lalu Trower melihat ada banyak orang bergelantungan di atas pohon. "Para perempuan melemparkan bayi mereka dari pohon ke perahu karet kami, kami hanya mendapatkan 20 anak sebelum kami menghentikan operasi, sayangnya ketika kami kembali lagi pada keesokan harinya, orang-orang itu tidak ada lagi di sana," katanya.

Koordinator kondisi darurat World Food Programme (WFP) di Mozambik Pedro Matos mengatakan enam hari pasca-bencana tim penyelamat masih dalam 'tahap menyelamatkan nyawa'. "Kami masih dalam tahap menyelamatkan nyawa, kami belum berada di titik melakukan asesmen medis karena kesehatan menjadi hal terpenting nomor dua," kata  Matos.

Tingkat kehancuran Badai Idai dan banjir yang mengikutinya baru diketahui ketika air sudah surut. Butuh waktu berhari-hari untuk air yang menggenangi Mozambik mengalir ke Samudara Hindia. Organisasi kemanusiaan memperingatkan air masih bisa naik lagi.

Aljazirah melaporkan ada beberapa keluarga yang mengungsi ke sekolah. Satu kelas di isi beberapa keluarga. Mereka memang berhasil menemukan tempat tinggal sementara tapi para pengungsi itu tidak memiliki makanan.

Salah satu warga Provinsi Manica yang terletak diperbatasan antara Mozambik dan Zimbabwe, Dimo Marquez mengatakan ia tidak tidak dapat menghubungi bibi dan tiga orang sepupunya di Beira. Badai Idai telah memutus jaringan telekomunikasi di daerah tersebut dan banjir menggenangi jalan-jalan di kota pelabuhan itu.

"Kota itu sekarang sebenarnya sudah tidak ada, saya hanya ingin melihat mereka lagi," kata Marquez.

Sementara itu, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan pusat wilayah Buzi yang memiliki populasi 200 ribu jiwa terancam tenggelam. WFP mengatakan sebanyak 2,6 juta orang terdampak atas badai dan banjir di seluruh kawasan selatan Afrika. "Krisis kemanusiaan terus bertambah setiap jam," kata WFP.

Organisasi internasional yang berada dibawah naungan PBB itu mengatakan berdasarkan analisa gambar satelit ada sekitar 1,7 juta orang yang berada di jalur Badai Idai. Badai itu juga mempengaruhi 920 ribu jiwa di Malawi.

Uni Eropa mengumumkan akan memberikan bantuan dana darurat sebesar 3,97 juta dolar AS untuk Mozambik, Malawi dan Zimbabwe. Dana tersebut digunakan untuk membangun pemukiman, kamar mandi. dan pusat kesehatan sementara.

Inggris menjanjikan 7,9 juta dolar AS. Ketua Komisi Persatuan Afrika mengatakan akan segera menyediakan dana sebesar 350 ribu dolar AS untuk negara yang terdampak. Uni Emirat Arab menjanjikan 4,9 juta dolar AS untuk Mozambik, Zibabwe, dan Malawi. 

Militer Tanzania juga sudah mengirim 238 ton makanan dan obat-obatan. Tiga kapal angkatan laut India juga sudah berangkat ke Beira untuk membantu melakukan evakuasi dan berbagai upaya lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement