Kamis 04 Apr 2019 09:10 WIB

Bouteflika Minta Maaf kepada Rakyat Aljazair

Demonstrasi yang semakin tak terkendali memaksa Bouteflika mengundurkan diri.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Foto dari televisi negara ENTV menunjukkan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika duduk di kursi roda saat mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Dewan Konstitusional Tayeb Belaiz, Selasa (2/4).
Foto: ENTV via AP
Foto dari televisi negara ENTV menunjukkan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika duduk di kursi roda saat mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Dewan Konstitusional Tayeb Belaiz, Selasa (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR – Mantan presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika meminta maaf kepada rakyat dan rekan senegaranya atas kegagalan yang dilakukannya selama dua dekade memimpin negara tersebut. Hal itu dia ungkapkan dalam surat perpisahan publik yang dirilis kantor berita Aljazair, APS, pada Rabu (3/4).

“Saya meminta maaf kepada Anda atas segala kegagalan terhadap Anda. Saya meninggalkan panggung politik tanpa kesedihan atau ketakutan, untuk masa depan negara kita,” ujar Bouteflika dalam suratnya, dilaporkan laman Aljazirah.

Baca Juga

Selama beberapa pekan lalu, rakyat Aljazair melakukan demonstrasi menuntut Bouteflika mundur dari jabatannya. Setelah memimpin negara tersebut selama 20 tahun, dia berencana mencalonkan diri kembali menjadi presiden.

Demonstrasi yang semakin tak terkendali, ditambah hilangnya dukungan dari militer, memaksa Bouteflika mengundurkan diri. Dewan Konstitusi Aljazair telah menerima pengunduran dirinya. Dewan juga telah mengumumkan kepada parlemen jabatan presiden secara resmi kosong. 

photo
Demonstran dan polisi antihuru-hara dalam protes menuntut lengsernya Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika di Aljir, Aljazair, 29 Maret 2019.

Konstitusi Aljazair mengatur ketua majelis tinggi parlemen, dalam hal ini Abdelkader Bensalah, harus bertindak sebagai pemimpin sementara. Jabatan tersebut dia emban selama 90 hari di mana pemilihan presiden harus diselenggarakan.

Sekitar 20 kelompok masyarakat sipil Aljazair menolak proses transisi dengan mempertahankan struktur yang sama. “Pengunduran diri Bouteflika adalah kemenangan pertama, tapi itu tidak cukup,” kata mereka dalam pernyataan bersama.

Mantan kepala partai Front Pembebasan Nasional (FLN) Ali Benfis mengatakan, tokoh-tokoh yang memiliki kedekatan dengan Bouteflika tidak boleh dilibatkan dalam proses transisi kekuasaan. “Rakyat Aljazair baru saja menutup salah satu bab paling gelap dalam sejarah kita,” katanya seraya menyebut aksi demonstrasi yang berlangsung selama berpekan-pekan merupakan revolusi rakyat yang damai.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji hasrat rakyat Aljazair dalam menghendaki perubahan. Dia berharap proses transisi berlangsung damai, demokratis, dan mencerminkan rakyat Aljazair.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement