Senin 29 Apr 2019 16:35 WIB

160 Ribu Warga Terdampak Badai Kenneth di Mozambik

160 ribu warga terdampak badai Kenneth berjuang untuk hidup.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Topan Idai. Wanita mengangkut bantuan makanan di Matarara, 280 km barat dari Beira, Mozambik, (4/4). Ribuan orang kehidupannya berantakan akibat Topan Idai,
Foto: AP
Topan Idai. Wanita mengangkut bantuan makanan di Matarara, 280 km barat dari Beira, Mozambik, (4/4). Ribuan orang kehidupannya berantakan akibat Topan Idai,

REPUBLIKA.CO.ID, PEMBA – Bencana kedua terjadi di Mozambik utara setelah Topan Kenneth menyebabkan banjir, yang menyebabkan satu orang meninggal pada Ahad (28/4). Sekitar 160 ribu orang terkena dampak dari bencana. 

Sementara itu perkiraan hujan akan lebih deras untuk beberapa hari ke depan. "Bantu kami, kami kehilangan segalanya!" kata Penduduk di kota Pemba berteriak pada mobil yang lewat.

Baca Juga

Pemerintah menyatakan lebih dari 160 ribu orang telah terkena dampak di sebagian besar wilayah pedesaan. Banyak dari mereka yang kini kelaparan.   

Lebih dari 35 ribu rumah di bagian paling utara Cabo Delgado di Mozambik hancur sebagian, atau seluruhnya karena badai. Pemerintah menyatakan lebih dari 23 ribu orang berada di tempat penampungan.  

Peristiwa tersebut merupakan pertama kalinya dalam sejarah negara Afrika Timur telah dilanda dua topan dalam satu musim. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang perubahan iklim.

"Ini perasaan deja vu yang mengerikan," kata pemimpin tim respons dengan kelompok bantuan Save the Children Nicholas Finney. Kenneth melanda hanya enam pekan setelah Topan Idai terjadi di Mozambik tengah dan menyebabkan lebih dari 600 orang meninggal dunia.

PBB menyatakan, sisa-sisa badai dapat menimbulkan hujan dua kali lebih banyak daripada Idai. "Saya belum pernah melihat hujan seperti itu dalam hidup saya," kata seorang warga Pemba, Michael Fernando, 35.  

Pemimpin masyarakat Estenacio Pilale menyatakan, warga berduka atas satu kematian di lingkungan Nitate. Korban tewas setelah dinding bata jatuh menimpa seorang wanita.  

Penduduk lain mencoba menumpuk ban dan karung berisi pasir sebagai barikade. Sementara mobil-mobil mulai tergelincir dalam air.  

"Kami akan terus bergerak sampai kami tiba di tempat yang aman," sebut seorang pria, saat orang-orang melarikan diri membawa barang-barang dalam kantong plastik.  

Pihak berwenang mengatakan setidaknya lima orang meninggal setelah Kenneth melanda pada Kamis malam dengan kekuatan badai kategori 4. Di mana badai seperti itu belum tercatat di era modern.

Para pekerja bantuan yang berusaha menjangkau komunitas-komunitas  di luar Pemba pada Ahad terpaksa kembali karena banjir. Tidak jelas kapan bantuan kepada puluhan ribu orang di luar kota dapat dikirimkan. 

"Helikopter tidak dapat terbang, sejumlah penerbangan dibatalkan, sehingga pekerja kemanusiaan tidak dapat tiba dan kargo tambahan tidak dapat tiba melalui udara," ucap Finney.

Dia khawatir jalan utama menuju Nampula, rute angkutan truk yang penting, akan segera diblokir. Finney menggambarkan kehancuran mempengaruhi bentangan garis pantai sepanjang 60 kilometer, dan pulau-pulau terdekat.

Pada Sabtu, foto udara menunjukkan beberapa komunitas pantai diratakan oleh topan. "Tidak ada rumah yang berdiri lagi," kata juru bicara badan kemanusiaan PBB, Saviano Abreu.  

Sebagian orang bertanya-tanya bagaimana mereka akan mengatasi keadaan tersebut. Di mana negara tersebut juga berjuang dengan salah satu tingkat kemiskinan tertinggi di dunia.  

Presiden Asosiasi Warga Paquite setempat, memiliki buku catatan yang hampir penuh dengan nama, dan gambar perahu yang rusak atau hancur. Banyak orang di daerah pesisir yang selamat, namun mereka tidak pergi melaut, artinya warga dapat mengalami kelaparan selama berhari-hari.

Sementara para pria, wanita, dan anak-anak mencari makan di perairan lepas pantai yang berantakan. Mereka berusaha mencari kerang untuk dijual.

 

 

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement