Rabu 08 May 2019 12:05 WIB

Jerman Dukung Gencatan Senjata di Libya Selama Ramadhan

Kanselir Jerman menyerukan Libya kembali ke proses politik di bawah naungan PBB.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Kendaraan terbakar di distrik bagian selatan Abu Salim, Tripoli, Libya, awal pekan ini, lantaran konflik yang melibatkan dua pemerintahan di negara itu.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Kendaraan terbakar di distrik bagian selatan Abu Salim, Tripoli, Libya, awal pekan ini, lantaran konflik yang melibatkan dua pemerintahan di negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman mendukung upaya yang diinisasi PBB untuk mencapai gencatan senjata kemanusiaan di Libya selama bulan suci Ramadhan, Rabu (8/5). Pengumuman tersebut muncul setelah Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan pemimpin pemerintah Libya yang diakui PBB, Fayes al-Sarraj di Berlin.

"Kanselir telah menyerukan agar kembali ke proses politik di bawah naungan PBB," kata juru bicara Merkel, Steffen Seibert dalam sebuah pernyataan dilansir di Anadolu Agency, Rabu. 

Baca Juga

Steffen mengatakan, Jerman dalam hal ini menyambut usulan utusan khusus PBB untuk gencatan senjata di Libya selama Ramadhan. Pemimpin Government of National Accord (GNA), Al-Sarraj mengunjungi Berlin dalam bagian dari tur diplomatik ibu kota Eropa untuk mencari dukungan negara-negara Eropa.

Pada awal April, pasukan yang dipimpin komandan militer yang membangkang di Libya, Khalifa Haftar melancarkan serangan luas untuk menangkap Tripoli dari GNA. Meskipun Haftar sejauh ini gagal merebut ibu kota dari pasukan pro-GNA, pertempuran sporadis di pinggiran kota telah meninggalkan banyak korban di kedua sisi.

Organisasi Kesehatan Dunia mencatata, kurang lebih selama enam pekan terakhir, setidaknya 392 orang tewas, sementara 2.000 lainnya terluka. Libya dilanda gejolak sejak pemimpin lama Muammar Gaddafi digulingkan dan terbunuh dalam pemberontakan yang didukung NATO pada 2011.

 

Negara tersebut sejak saat itu telah melihat munculnya dua kursi kekuasaan saingan, di antaranya satu di Libya timur dengan Haftar yang berafiliasi dan satu lagi di Tripoli yang mendapat pengakuan PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement