Ahad 09 Jun 2019 06:02 WIB

Serangan Taliban Tewaskan 14 Anggota Milisi Pro-Pemerintah

Tujuh anggota milisi yang lainnya juga terluka akibat serangan Jumat malam tersebut.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati, Rizky Jaramaya/ Red: Andri Saubani
Pasukan keamanan Afghanistan memeriksa lokasi serangan bunuh diri Taliban di kantor lembaga bantuan AS di Kabul, Afghanistan, Rabu (8/5).
Foto: AP Photo/Rahmat Gul
Pasukan keamanan Afghanistan memeriksa lokasi serangan bunuh diri Taliban di kantor lembaga bantuan AS di Kabul, Afghanistan, Rabu (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pejabat Afghanistan mengatakan, militan Taliban telah menewaskan sedikitnya 14 anggota milisi pro-pemerintah saat serangan pos-pos pemeriksaan di barat Provinsi Ghor, Jumat (7/6) waktu setempat. Juru bicara gubernur Provinsi Ghor Abdul Hai Khateby mengatakan, tujuh anggota milisi yang lainnya juga terluka akibat serangan Jumat malam tersebut.

"Dua di antaranya dalam kondisi kritis," ujarnya seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Ahad (9/6).

Taliban mengendalikan setengah dari keseluruhan wilayah negara itu dan menyerang pasukan keamanan Afghanistan dan menargetkan pemerintah. Amerika Serikat (AS) telah mengadakan pembicaraan beberapa putaran dengan pemberontak-pemberontak dalam beberapa bulan terakhir. Tujuannya, yaitu untuk mengakhiri perang selama hampir 18 tahun.

Jumlah serangan yang terjadi di banyak sekolah di Afghanistan dilaporkan meningkat sebanyak tiga kali lipat pada tahun lalu. Hal itu menimbulkan kekhawatiran besar terhadap anak-anak di negara Timur Tengah itu karena pendidikan yang layak, sebagai bekal masa depan mereka akan semakin sulit didapatkan.

UNICEF mengatakan sejumlah serangan yang menargetkan sekolah di Afghanistan melonjak dari 68 pada 2017 menjadi 192 pada tahun lalu. Itu adalah pertama kalinya sejak 2015 peningkatan jumlah serangan tersebut tercatat.

“Pendidikan sedang terancam di Afghanistan. Serangan tidak masuk akal terhadap sekolah, pembunuhan, penculikan para guru, dan acaman lainnya menghancurkan harapan dan impian seluruh generasi anak-anak,” ujar direktur eksekutif UNICEF, Henrietta Fore pada Selasa (28/5).

Lebih dari 1.000 sekolah di Afghanistan hingga saat ini ditutup karena ancaman keamanan dari kelompok-kelompok mulai dari Taliban, hingga Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok ekstremis nampaknya telah mencari sasaran yang bertujuan memperluas dan mengkonsolidasikan pengaruh mereka melalui tindakan intimasi.

Taliban sebelumnya telah mencabut penolakan terhadap segala bentuk pendidikan untuk anak perempuan. Namun, kelompok ini diyakini  bahwa mereka mencoba menutup sekolah yang menjalankan aktivitas belajar mengajar tidak sesuai dengan keinginan serta persetujuan mereka.

Selain itu, UNICEF mengatakan ada kemungkinan bahwa penggunaan gedung sekolah sebagai lokasi pemungutan suara selama pemilihan parlemen tahun lalu menjadi faktor di balik meningkatnya serangan. Afghanistan tercatat memiliki 3,7 juta anak dalam populasi penduduk tersebut, namun hampir setengah dari mereka yang berada di usia sekolah belum mendapat pendidikan formal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement