Sabtu 20 Jan 2018 14:53 WIB

AS tidak akan Beri Bantuan Pangan Warga Palestina

Pendanaan tersebut terpisah dari bantuan 65 juta dolar AS untuk UNRWA.

Pengungsi Palestina/ilustrasi
Foto: guardian.co.uk
Pengungsi Palestina/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat tidak akan memberikan 45 juta dolar untuk bantuan pangan warga Palestina yang dijanjikan pada bulan lalu sebagai bagian dari Seruan Darurat Tepi Barat/Gaza pimpinan Lembaga Bantuan PBB UNRWA. Pernyataan itu disampaikan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Kamis (18/1).

Departemen Luar Negeri mengatakan pada Selasa Washington akan menahan pendanaan 65 juta dolar terpisah, yang sebelumnya direncanakan membayar UNRWA. Amerika Serikat mengatakan UNRWA perlu melakukan reformasi.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert membantah menahan dana 65 juta dolar itu untuk menghukum rakyat Palestina, yang telah sangat kritis terhadap pengumuman Trump pada bulan lalu bahwa dia akan memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem dari Tel Aviv.

Dalam sebuah surat bertanggal 15 Desember kepada Komisaris Jenderal UNRWA Pierre Krähenbühl, Pengawas Keuangan Departemen Luar Negeri Eric Hembree telah menjanjikan bantuan sebesar 45 juta dolar untuk Seruan Darurat Tepi Barat/Gaza.

"Amerika Serikat berencana menyediakan dana ini untuk UNRWA di awal 2018," kata surat tersebut, yang dilihat oleh Reuters pada Kamis.

"Surat tambahan dan paket kontribusi yang mengonfirmasikan kontribusi ini akan dikirim pada atau sebelum awal Januari 2018," katanya.

Amerika Serikat telah menjelaskan kepada UNRWA bantuan senilai 45 juta dolaritu adalah sebuah janji yang bertujuan membantu badan tersebut dengan "prediksinya" tapi itu bukan jaminan, kata Nauert kepada wartawan pada briefing rutin Kementerian Luar Negeri. "Pada saat ini, kami tidak akan menyediakannya, tapi itu tidak berarti - saya ingin menjelaskannya - itu tidak berarti bahwa itu tidak akan diberikan di masa depan," kata Nauert.

Dia mengulangi pandangan Amerika Serikat UNRWA memerlukan reformasi, dengan mengatakan ada lebih banyak pengungsi dalam program ini daripada sebelumnya, dan uang yang masuk dari negara lain perlu ditingkatkan juga untuk terus membayar semua pengungsi tersebut.

"Jadi kami meminta negara untuk berbuat lebih banyak," kata Nauert, "Pada dasarnya, kami tidak percaya kita harus menjadi donor utama bagi setiap organisasi di seluruh dunia."

Meskipun ada keputusan untuk memberikan bantuan pangan, dia berkata, "Kami adalah negara yang paling dermawan di planet ini. Kami akan terus begitu."

Trump mengatakan dalam sebuah pernyataan di Twitter pada 2 Januari bahwa Amerika Serikat memberi rakyat Palestina ratusan juta dolar setahun, tapi tidak mendapatkan apresiasi atau rasa hormat. Keputusan mengekang pendanaan kemungkinan akan menambah kesulitan menghidupkan kembali perundingan damai Israel-Palestina dan juga meremehkan kepercayaan Arab bahwa Amerika Serikat dapat bertindak sebagai arbiter yang tidak memihak.

Perundingan terakhir gagal pada 2014, sebagian karena penentangan Israel terhadap kesepakatan persatuan antara unsur Palestina Fatah dan Hamas, dan karena pembangunan permukiman Israel di tanah jajahan, yang diinginkan Palestina sebagai negara masa depannya, di antara sejumlah unsur lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement