Selasa 05 Jun 2018 17:59 WIB

AS Mulai Persiapan Pertemuan Donald Trump-Kim Jong-un

Pertemuan Trump dan Kim Jong-un dijadwalkan pada 12 Juni di Singapura.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un (kanan).
Foto: The Star Online
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkapkan jika persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan Korea Utara (Korut) pekan depan berjalan dengan baik. Amerika Serikat mengatakan, sejumlah persiapan juga sudah diumumkan kepada publik.

Gedung Putih mengatakan, kedua kepala negara itu direncanakan bertatap muka untuk pertama kali pada pukul 09.00 pagi waktu setempat. Namun, hingga saat ini masih belum diketahui pasti lokasi yang akan menjadi titik pertemuan tersebut.

Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, Presiden Donald Trump juga sudah mendapat informasi secara reguler terkait pertemuan tersebut. Menurutnya, KTT kemungkinan akan dilaksanakan sesuai jadwal yakni pada 12 Juni pukul 09.00 waktu Singapura.

Pemerintah Singapura hingga saat ini telah menetapkan sejumlah area yang akan menjadi kawasan khusus jelang KTT AS-Korut. Kawasan khusus itu akan diberlakukan mulai dari 10 hingga 14 Juni. Daerah yang masuk ke dalam cakupan kawasan khusus itu meliputi distrik Tanglin, Newton dan Orchard.

Singapura juga akan mengetatkan pengamanan di kawasan yang masuk sebagai area khusus tersebut. Aparat akan melakukan pemeriksaan terhadap warga dan kendaraan yang melintas di area khusus. Kepolisian akan membatasi benda-benda yang dapat di bawa memasuki kawasan istimewa itu.

Sementara, AS menegaskan tidak akan segera menarik sanksi ekonomi yang diberlakukan terhadap Korut. Sanders mengatakan, sanksi akan terus diterapkan hingga Presiden Korut Kim Jong-un menyerahkan senjata nuklirnya.

"Kami akan terus memberikan sanksi maksimum karena mereka sangat kuat dan kami tidak akan mencabut sanksi sampai senjata nuklir Korut terlucuti," kata Sarah Sanders.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement