Rabu 18 Jul 2018 07:17 WIB

Dikritik, Trump Revisi Pernyataan Usai Bertemu Putin

Trump dinilai melunak dihadapan Putin.

Rep: Rizkyan Adhiyudha/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).
Foto: ABC News
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merevisi pernyataannya terkait interfensi Rusia dalam pemilu presiden 2016. Revisi diberikan menyusul kritik yang dilontarkan sejumlah politikus AS terkait sikap Trump yang dinilai melunak dihadapan Putin.

"Saya sebenarnya ingin mengatakan 'tidak ada alasan bagi Rusia untuk tidak mencampuri (pilpres)," kata Donald Trump yang merevisi pernyataan sebelumnya terkait pilres AS seperti diwartakan BBC, Rabu (18/7).

Pernyataan yang disebut Trump keliru itu dia lontarkan dalam konferensi pers usai bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Saat itu dia menyatakan, tidak ada alasan bagi Rusia untuk melakukan interfensi dalam pemilu presiden AS.

"Kalimat kunci dari kata-kata saya saat itu seharusnya 'barangkali' bukan sebaliknya," kata Trump lagi.

Baca Juga: Pertemuan Putin dan Trump Cairkan Tensi Perang Dingin

Tudingan interfensi Rusia dalam pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Trump didapatkan berdasarkan intelejen yang diperoleh AS. Trump mengaku telah menerima intelejen tersebut dan mendukung hasil kerja badan intel dengan penuh keyakinan dan kepercayaan.

"Saya menerima kesimpulan komunitas intelijen kami bahwa campur tangan Rusia dalam pemilihan 2016 telah terjadi. Tapi bisa juga orang lain karena ada orang di luar sana," kata Trump.

Meski demikian, Trump memastikan jika interfensi yang dilakukan tidak memiliki dampak apapun terhadap hasil pemilu. Namun, Trump juga enggan untuk mengecam Presiden Putin terkait dugaan campur tangan dalam hasil pemilu presiden AS tersebut.

Sebelumnya, Presiden Trump mendapat sejumlah kritikan terkait pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kecaman datang lantaran Trump membela sanggahan Putin terkait campur tangan Rusia dalam pemilu presiden 2016 lalu.

"Trump seharusnya melihat jika Rusia bukanlah kawan kami," kata Juru Bicara Kongres dari partai Republik Paul Ryan seperti diwartakan BBC, Selasa (17/7).

Menurut Ryan, tidak ada kesetaraan moral antara AS dan Rusia. Dia menambahkan, Moskow tetap memusuhi nilai-nilai dan cita-cita paling dasar AS. Dia melanjutkan, sudah tidak diragukan lagi jika Rusia telah ikut campur dalam pemilihan 2016.

Senator partai Republik lainya John McCain juga mengemukakan pendapat serupa. Dia bahkan mengatakan, sikap yang ditunjukan Trump usai pertemuan tersebut sangat memalukan.

"Tidak ada presiden sebelumnya yang pernah terlihat condong ke arah seorang tiran," tegas McCain.

Kecaman juga dilontarkan mantan Direktur CIA John Brennan. Dia mengatakan, sikap yang ditunjukan Presiden Donald Trump dalam konferensi pers layaknya sebuah penghianatan. Dia menilai, Trump telah mengeluarkan pernyataan yang bodoh dan sepenuhnya patuh kepada Putin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement