Senin 23 Jul 2018 19:11 WIB

Menlu AS Tuding Presiden Iran Salahgunakan Kekuasaan

Rouhani disebut lebih mementingkan pandangannya ketimbang perbaikan ekonomi Iran.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo
Foto: Time
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menyebut Presiden Iran Hassan Rouhani sebagai sosok yang suci tetapi munafik. Dia menilai, Rouhani merupakan personal yang lebih tertarik menyebarkan pandangan ekstremis di luar negeri.

Pernyataan itu disampaikan Pompeo dalam sebuah pidato di hadapan warga Amerika-Iran. Kalimat itu juga dilontarkan menyusul aksi saling ancam antara Presiden Donald Trump dan Hassan Rouhani. Pompeo mengatakan, Rouhani lebih senang menyebarkan pandangannya tersebut ketimbang mengangkat garis ekonomi warga negaranya sendiri.

"Terkadang tampaknya dunia telah menjadi sensitif terhadap otoritarianisme rezim di dalam negeri dan kampanye kekerasan di luar negeri, tetapi warga Iran yang bangga tidak akan tinggal diam, akan penyalahgunaan kekuasaan pemimpin mereka," kata Mike Pompeo seperti diwartakan Aljazirah, Senin (23/7).

Dia mengatakan, Presiden Trump tidak akan tinggal diam terkait ancaman yang dilontarkan Rouhani tersebut. Dalam kesempatan itu, Pompeo juga mengkritisi kebijakan rezim pemerintahan Iran, militer, dan pemimpin politiknya yang penuh dengan korupsi.

Dia mengatakan, tingkat korupsi dan kesejahteraan para pemimpin di Iran menunjukan jika negara tersebut dijalankan oleh mafia ketimbang pemerintahan. Dalam kesempatan terpisah, Diplomat AS menuding Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memliki dana yang tidak tercatat sebesar 95 miliar dolar AS.

Hal serupa juga dimiliki oleh Kepala Peradilan Iran Sadeq Larijani. Diplomat itu mengatakan, Larijani memiliki simpanan senilai 300 juta dolar AS yang ditransfer ke rekening pribadinya dan berasal dari dana publik.

Sementara, Pompeo mengatakan, aktivitas militer yang dilakukan pemerintah Iran sempat membuat warga menggelar aksi protes terhadap pemerintah. Menurut Pompeo, mereka geram dengan pengeluaran dana militer di sejumlah negara seperti Suriah, Lebanon, Yaman, dan negara-negara lainnya.

"Keluhan warga berbeda-beda tapi semua satu suara terkait perlakuan buruk rezim revolusioner. Iran berkeinginan memiliki pemerintahan yang bermartabat, akuntabilitas, dan penuh rasa hormat," kata Pompeo.

Pendiri dan Presiden Konsul Nasional Bangsa Iran-Amerika Trita Parsi menilai, pernyataan keras Pompeo dapat memicu kekecewaan, mengacaukan Iran dan mengatur Teheran dan Washington ke dalam perseteruan. Menurutnya, kritik yang dilontarkan Pompeo terkait korupsi pemerintah Teheran bisa jadi akurat dan merupakan sesuatu yang disepakati banyak warga Iran.

"Tetapi langkah dari sana untuk berpikir bahwa administrasi Trump - yang saat ini merongrong demokrasi di Amerika Serikat - adalah jawaban atas kurangnya demokrasi Iran, adalah lompatan besar dari keyakinan yang saya pikir tidak akan dilakukan oleh kebanyakan orang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement