Rabu 08 Aug 2018 08:30 WIB

Mantan Perwira Polisi Mengaku Atur Upaya Pembunuhan Maduro

Pesawat nirawak meledak dekat acara kegiatan militer yang dihadiri Maduro.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Seorang mantan kepala polisi kota praja and pegiat antipemerintah mengaku telah membantu mengatur operasi melancarkan serangan ke  Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Serangan terhadap Maduro dilakukan menggunakan pesawat tanpa awak bersenjata. Insiden itu terjadi saat pawai militer pada Sabtu lalu.

Dalam suatu wawancara, Salvatore Lucchese, seorang pegiat Venezuela yang sebelumnya ditahan karena perannya dalam berbagai aksi unjuk rasa, mengatakan kepada Reuters ia mengatur serangan itu dengan sejumlah orang yang merupakan militan anti-Maduro. Mereka dikenal di Venezuela dengan sebutan kelompok "Perlawanan."

"Perlawanan" yang dirujuk oleh Lucchese merupakan kumpulan para pegiat jalanan, gerakan mahasiswa dan mantan perwira militer. Kelompok tersebut mempunyai sedikit struktur formal.  Namun mereka dikenal di negara itu sebagian besar karena menyelenggarakan protes-protes dalam beberapa tahun terakhir. Unjuk rasa kerap bentrok dengan polisi dan tentara.

Baca juga, Maduro: Musuh Gunakan Drone untuk Membunuh Saya.

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi klaim-klaim Lucchese tentang serangan tersebut.  Pesawat-pesawat tanpa awak itu terbang ketika Maduro sedang menghadiri acara militer di Caracas tengah. Bahan-bahan peledak di pesawat-pesawat itu meledak, melukai tujuh perwira militer dan membuat mereka yang menghadiri upacara itu berlarian mencari tempat berlindung.

Lucchese melukiskan insiden tersebut sebagai bagian dari usaha bersenjata dan terus-menerus terhadap Maduro. Ia menolak menyatakan perannya dalam operasi tersebut.

"Kami punya tujuan dan saat ini kami belum dapat mewujudkannya 100 persen," kata Lucchese dalam wawancara di Bogota, tempat dia sedang dalam perjalanan karena kegiatan-kegiatan bersama tokoh-tokoh oposisi lainnya. "Perjuangan bersenjata akan terus berlanjut."

Baca juga, Presiden Maduro Selamat dari Serangan Drone.

Kementerian Informasi Venezuela tidak menjawab permintaan untuk komentar.

Awal tahun ini, Lucchese memisahkan diri dengan Popular Will, sebuah partai oposisi terkenal. Dia  mengaku tidak setuju dengan dialog yang terus dilakukan bersama pemerintahan Maduro.

Jaksa Agung Tarek William Saab pada Senin (6/8) mengatakan, Venezuela telah mengidentifikasi para tersangka yang ditangkap sehubungan dengan upaya pembunuhan gagal pada Sabtu terhadap Presiden Maduro.

"Kami telah mengidentifikasi semua tersangka ... dan antek dekat mereka," kata Saab kepada wartawan dalam satu taklimat.

Pengendali drone

Selama upacara di luar ruangan pada Sabtu untuk memperingati ulang tahun ke-81 pengawal nasional Venezuela, beberapa pesawat tanpa awak terbang di dekat podium presiden saat Maduro berpidato. Pesawat tanpa awak itu kemudian meledak.

Dua orang yang mengoperasikan salah satu drone tersebut dari dalam mobil ditangkap di lokasi. Pemerintah mengidentifikasi pelaku lain yang telah mengumpulkan bahan peledak.

Meskipun Saab tidak menyebutkan jumlah total orang yang ditahan, para pejabat sebelumnya telah mengatakan mereka menangkap enam tersangka. "Kami sudah menemukan hubungan pertama internasional" dengan para tersangka, kata Saab, tanpa memberi perincian lebih lanjut.

Pemerintah Venezuela telah menuduh negara tetangganya, Kolombia, atas upaya pembunuhan tersebut.

Saab mengatakan kantornya telah menugaskan empat jaksa untuk menyelidiki kasus itu, dan menetapkan dakwaan pengkhianatan, upaya pembunuhan, menyebabkan cedera, pendanaan terorisme dan kejahatan lain.

Anggota Dinas Intellijen Nasional Bolivaria (SEBIN) dilaporkan telah menggeledah hotel terkenal di CaraCas pada Senin

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement