Kamis 13 Sep 2018 10:32 WIB

Venezuela Hadapi Krisis Ekonomi, Maduro Minta Bantuan Cina

Lebih dari satu dekade, Cina telah menghibahkan dana lebih dari 50 miliar dolar AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro terbang ke Cina untuk membahas kesepakatan ekonomi. Venezuela yang sedang dilanda krisis finansial berusaha meyakinkan pemodal utamanya di Asia tersebut untuk mencairkan pinjaman baru.

"Saya datang dengan ekspektasi yang besar dan kita akan bertemu lagi beberapa hari ke depan dengan prestasi besar," kata Maduro di bandara udara Venezuela, Kamis (13/9).

Maduro akan datang ke Cina atas undang Presiden Xi Jinping. Tapi, Kementerian Luar Negeri Cina tidak memberikan detail lengkapnya.

Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez saat ini juga sudah berada di Cina untuk bertemu dengan Wakil Presiden Cina Wang Qiahan. Wang mengatakan kepada Rodriguez bahwa kedua negara sudah memiliki hubungan yang kuat sejak lama.

Baca juga, Krisis Venezuela, Presiden Brasil Salahkan Maduro.

Lebih dari satu dekade, Cina menghibahkan lebih dari 50 miliar dolar ke Venezuela melalui kesepakatan pinjaman. Pinjaman tersebut ditukar dengan minyak yang membuat Cina dapat memastikan cadang sumber daya energi mereka.

Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia Cina sangat terbantu dengan kesepakatan ini. Terutama semakin kuatnya sikap anti-Amerika di negara-negara Amerika Latin.

Aliran uang tunai dari Cina terhenti hampir tiga tahun lalu, ketika Venezuela meminta perubahan persyaratan pembayaran di tengah jatuhnya harga minyak. Hal ini membuat anggota OPEC tersebut mengalami hiperinflansi.

Pada Juli lalu, Kementerian Keuangan Venezuela mengatakan akan menerima 250 juta dolar AS dari Bank Pembangunan Cina. Pinjaman ini untuk mendorong produksi minyak mereka.

Sebelumnya, Venezuela telah menerima pinjaman 5 juta dolar AS dari Cina untuk meningkatkan sektor perminyakan mereka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement