Selasa 25 Sep 2018 08:08 WIB

Lika-liku Meliput di Markas PBB New York

Pintu di ruangan sidang hanya bisa dibuka dari satu arah.

Awak media yang siaga di depan pintu masuk markas PBB New York, Selasa (25/9)
Foto: Yeyen Rostiyani/Republika
Awak media yang siaga di depan pintu masuk markas PBB New York, Selasa (25/9)

Laporan Wartawan Republika, Yeyen Rostiyani dari New York.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pengamanan ketat tentu bukan hal aneh jika lembaga seperti PBB sedang menggelar perhelatan besar. Kali ini, PBB sedang menggelar pekan sidang Majelis Umum PBB ke-73 di kantor pusatnya di New York, Amerika Serikat.

Baca Juga

Pada Senin (24/9) waktu setempat, sejumlah wartawan Indonesia yang akan meliput acara memulai kegiatannya dengan berjalan kaki menuju markas PBB. Rombongan wartawan Indonesia menginap di Hotel Westin Grand Central yang lokasinya tak jauh dari markas PBB.

Hotel tersebut terbilang hotel kelas utama. Di hotel itu pula Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah kepala negara menginap. Seorang petugas hotel mengatakan selalu ada kepala negara yang menginap di hotel tersebut.

Tempat berlangsungnya sidang umum PBB dengan Westin Grand Central hanya beberapa blok dari hotel kami. Pada pekan sidang itu, jalan di sekitar markas PBB ditutup untuk kendaraan.

Sementara polisi dan petugas keamanan lengkap dengan anjing pelacak juga dikerahkan. Tampak pula sejumlah kendaraan polisi warna putih bertuliskan biru dengan tulisan NYPD atau New York Police Department. Sementara di halaman, awak media di antaranya Voice of America siap dengan kamera, menanti para kepala negara yang akan masuk.

Sesampai di lokasi, semua tim peliput harus menjukkan tanda pengenal di pintu masuk. Untuk acara yang dimulai 24 September itu, permohonan tanda untuk masuk ke acara diajukan paling lambat 5 September lalu.

Jalur masuk untuk diplomat berbeda dengan awak media. Awak media memasuki tenda putih besar tempat pemeriksaan khusus. Saat melalui pemeriksaan, kami harus melepas jaket, meletakkan jam tangan, dan semua jenis bawaan untuk diperiksa. Setelah itu, baru kami masuk ruangan. Tak semua ruangan bisa dimasuki.

photo
Suasana ruang sidang PBB, New York Selasa (25/9)

Satu tanda pengenal ternyata tak cukup. Sebuah konter lain memberi kami 'tiket' khusus untuk media tulis agar bisa masuk ke galeri. Untuk menuju galeri, seorang escort siap mengantar. Salah satu alasannya, karena pintu di ruangan sidang hanya bisa dibuka dari satu arah. Jadi, jika ada di antara kami yang ingin ke toilet pun, harus seizin dan diantar oleh escort tersebut. Sehingga saat memasuki ruangan, sang escort akan menghubungi rekannya di balik pintu logam yang berat itu.

Saat melewati beberapa lapis keamanan itu, ada beberapa kejadian unik. Antara lain sapaan ramah seorang petugas yang menyapa dengan berbahasa Indonesia. "Apa kabar? Selamat pagi!" ujar seorang petugas berseragam.

Kejadian lain, ada dua teman wartawan Indonesia yang membawa minuman saat memasuki lokasi. "Tolong diminum," ujar seorang petugas. Rupanya, untuk memastikan cairan itu benar-benar aman, petugas menyuruh teman kami meminum bekalnya sendiri. Yah, masuk akal juga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement