Rabu 03 Oct 2018 15:07 WIB

AS Khawatir Sistem Rudal Rusia Picu Eskalasi Perang Suriah

Rusia memasok sistem rudal canggih S-300 ke Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Sistem Rudal S-300 buatan Rusia.
Foto: AP
Sistem Rudal S-300 buatan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) menanggapi keputusan Rusia menyuplai sistem rudal anti-pesawat S-300 untuk Suriah. Washington menilai, hal itu akan memicu eskalasi serius.

“Hal itu akan menjadi semacam eskalasi serius dalam kekhawatiran dan masalah yang terjadi di Suriah. Tapi saya tidak dapat memastikannya, jadi saya tidak memiliki apa pun lagi untuk Anda saat ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert kepada awak media pada Selasa (2/10), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, pada Selasa, mengatakan, Rusia telah memasok Suriah dengan 49 peralatan sebagai bagian dari pengiriman sistem rudal S-300. Hal itu dilakukan untuk melindungi pasukan Rusia yang beroperasi di negara tersebut.

“Sesuai dengan keputusan presiden, kami telah mulai melakukan sejumlah langkah untuk memperkuat sistem pertahanan udara Suriah guna memastikan perlindungan yang lebih baik bagi prajurit kami,” kata Shoigu.

“Kami telah menyelesaikan pengiriman sistem S-300. Itu termasuk 49 peralatan, termasuk radar, kendaraan pengendali, dan empat peluncur,” ujar Shoigu seraya menambahkan bahwa proses pengiriman telah selesai pada Senin (1/10).

S-300 merupakan sistem rudal pertahanan udara yang mampu mengeliminasi pesawat canggih, termasuk pesawat yang menggunakan teknologi siluman. S-300 juga mempu menghadapi rudal balistik jarak menengah, rudal taktis, dan rudal jelajah.

Dikirimnya sistem rudal S-300 ke Suriah merupakan buntut dari insiden jatuhnya pesawat pengintai Rusia di negara tersebut. Pesawat itu diketahui jatuh tertembak rudal milik Suriah.

Kendati demikian, Moskow enggan menyalahkan Damaskus. Rusia justru menuding Israel sebagai penyebab terjadinya insiden penembakan terhadap pesawatnya. Sebab ketika insiden terjadi, pasukan Suriah memang tengah melancarkan serangan balasan terhadap Israel yang telah menggempur Latkia, yakni pangkalan udara tempat bermarkasnya pasukan Rusia.

Rusia merupakan sekutu Suriah. Saat ini kedua negara tengah berusaha untuk merebut dan menguasai kembali Provinsi Idlib yang masih dikuasai kelompok pemberontak serta milisi oposisi.

Dunia internasional, termasuk PBB, telah memperingatkan tentang potensi bencana kemanusiaan yang dapat timbul akibat agresi Rusia dan Suriah ke Idlib. Namun, Rusia menegaskan setiap serangan yang dilancarkan ke Idlib akan diupayakan setepat mungkin menyasar target.

Baca: Rusia Tuntaskan Pengiriman Sistem Rudal Canggih ke Suriah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement