Sabtu 20 Oct 2018 05:32 WIB

Mantan Bos M16 Yakin Pangeran MBS Terlibat Kasus Khashoggi

Saudi membantah klaim pejabat keamanan Turki soal pembunuhan Khashoggi.

Jamal Khashoggi
Foto: Instagram/@jkhashoggi
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kasus hilangnya jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi perlahan mulai terbuka. Mantan kepala intelijen Inggris M16 Sir John Sawers mengungkapkan, semua bukti mengarah keterlibatan ke putra mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS). Adapun teori yang menyebut ada 'elemen nakal' di tubuh militer Saudi yang bertanggung jawab atas hilangnya Khashoggi hanya fiksi belaka.

Sawers mengungkapkan pendapatnya tersebut kepada BBC, berdasarkan pembicaraannya dengan pejabat senior Whitehall (pemerintah Inggris) dan pengetahuannya tentang badan intelijen Turki.

Pernyataannya itu disampaikan setelah Donald Trump mulai meyakini Khashoggi yang juga kolomnis di Washington Post telah tewas. Saudi, kata Trump, akan mendapat sanksi berat jika para pemimpinnya terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Menurut Sawers yang mengepalai badan intelijen Inggris sampai 2014, Putra Mahkota pada umumnya hanya bertindak jika ia yakin telah mendapat lampu hijau dari Gedung Putih dan bertindak seperti yang diinginkan.

"Saya kira Presiden Trump dan tim kementriannya telah sadar bagaimana bahayanya memiliki orang yang bertindak dengan merasa memiliki kekebalan dalam hubungannya dengan AS," ujar Sawers.  "Jika terbukti, Pangeran Salman memerintahkan pembunuhan jurnalis, ini sudah terlalu jauh. Inggris, Uni Eropa da AS akan meresponsnya."

Baca juga, Butuh Tujuh Menit untuk Bunuh Khashoggi.

Sawers mengatakan, ia menghargai ketelitian dan sikap profesionalisme badan intelijen Turki. Detil kasus ini yang diungkap dari sumber intelijen Turki cukup jelas bahwa ada bukti rekaman.

Menurutnya, ketegangan antara Turki dan Saudi dalam beberapa dekade sangat dimungkinkan bagi Ankara untuk mengawasi dari dekat apa yang terjadi di dalam kantor Saudi. Mereka mungkin telah memasang alat menyadap di kantor konsulat atau alat lain yang dibawa oleh skuad yang membunuh Khashoggi sehingga bisa diretas.

"Tingkat detil kasus ini sangat menitikberatkan pada skuad pembunuh, dan (identitas yang dilaporkan) menunjukkan begitu dekatnya mereka dengan Putra Mahkota," ujarnya.

Sawers yakin anggota kerajaan, komunitas bisnis dan ulama konservatif akan mengambil keuntungan dari keterlibatan sang Putra Mahkota untuk menekannya. "Akan ada reaksi dari dalam Arab Saudi," ujarnya.

Pemerintah Saudi sampai saat ini belum mengakui ihwal pembunuhan Khashoggi. Saudi masih menunggu hasil investigasi resmi tim gabungan Saudi dan Turki. Sebelumnya sejumlah laporan media mengutip sumber investigasi menyebut Khashoggi dibunuh dan dimutilasi dalam gedung Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement