Ahad 21 Oct 2018 19:04 WIB

Trump Tarik AS dari Perjanjian Nuklir dengan Rusia

Trump tuding Rusia langgar kesepakatan nuklir dengan kembangkan rudal nuklir

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi Bom Nuklir
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Bom Nuklir

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan menarik negaranya dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces Treaty (INF) yang disepakati bersama Rusia pada 1987. Perjanjian itu melarang peluncuran rudal nuklir dengan jarak tempuh 500-5.500 kilometer. 

"Kami harus mengembangkan senjata-senjata itu (rudal nuklir). Kami akan mengakhiri perjanjian (INF) dan kami akan mundur," kata Trump kepada awak media seusai menghadiri rapat di Nevada, AS, Sabtu (20/10), dikutip laman the Guardian.

Trump mengklaim Rusia telah melanggar kesepakatan INF dengan mengembangkan senjata dan rudal nuklir. "Rusia telah melanggar perjanjian. Mereka telah melanggarnya selama bertahun-tahun dan saya tidak tahu mengapa (mantan) presiden Obama tidak bernegosiasi dan mundur," katanya. 

Ia mengatakan, AS tidak akan membiarkan Rusia berbuat hal demikian. "Kami adalah orang-orang yang telah tinggal dalam perjanjian (INF) dan kami telah menghormati perjanjian tersebut, tetapi Rusia, sayangnya, tidak menghormati perjanjian itu sehingga kami akan mengakhirinya, kami akan menarik diri," ujar Trump. 

Menurut Trump, keanggotaan AS di INF masih bisa dipertahankan bila Rusia, termasuk Cina, berkomitmen untuk tidak mengembangkan senjata atau rudal nuklir. "Tapi jika Cina dan Rusia melakukannya (mengembangkan senjata dan rudal nuklir) dan kami berpegang pada perjanjian (INF), itu tidak dapat diterima," ucapnya.

Secara umum Pentagon mendukung perjanjian INF. Namun Menteri Pertahanan AS James Mattis telah memperingatkan menteri-menteri negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bulan ini. Ia mengatakan AS tidak dapat lagi mempertahankan diri di INF jika Rusia tidak menarik misilnya yang berbasis di darat. 

Hal itu telah dikritik dan diperdebatkan AS selama hampir empat tahun. Sebab Washington menilai keberadaan misil itu melanggar batasan jangkauan INF. 

Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson mendukung keputusan Trump menarik AS dari INF. Williamson secara tegas menyalahkan tindakan Rusia karena membahayakan perjanjian INF yang disepakati AS dan Uni Soviet pada 1987. 

"Sekutu terdekat dan jangka panjang kami tentu saja AS dan kami akan benar-benar tegas dengan AS dalam menempa pesan yang jelas bahwa Rusia perlu menghornati kewajiban perjanjian yang ditandatangani," ucapnya. 

"Kami tentu saja ingin melihat perjanjian ini terus berdiri, tapi itu membutuhkan dua pihak berkomitmen dan sekarang Anda memiliki satu pihak yang mengabaikannya," kata Williamson. 

Kantor berita Rusia mengutip beberapa sumber di Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, langkah AS menarik diri dari INF dimotivasi satu impian, yakni menjadi negara adikuasa global. Mereka mengatakan Moskow telah berulang kali secara terbuka mengecam program kebijakan AS untuk membubarkan kesepakatan nuklir. 

"Washington telah mendekati langkah ini selama bertahun-tahun dengan sengaja dan selangkah demi selangkah menghancurkan dasar perjanjian (INF)," kata pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia yang dikutip tiga kantor berita utama Rusia.

Sementara itu, Senator Rusia Alexei Pushkov menilai keputusan AS hengkang dari INF merupakan pukulan kuat terhadap seluruh sistem stabilitas strategis di dunia. Sebab sebelumnya AS telah melakukan hal serupa dengan menarik diri dari perjanjian antirudal balistik pada 2001. "Dan lagi, inisiator pembubaran (perjanjian) adalah AS," kata Pushkov melalui akun Twitter pribadinya. 

Direktur kebijakan senior di the Centre for Arms Control and Non-Proliferation Alexandra Bell mengaku terkejut dengan keputusan Trump menarik AS dari INF. Menurutnya, Trump telah gagal sepenuhnya menyelanatkan warisan mantan presiden AS Ronald Reagan. 

Ia pun mengkritik Trump karena dinilai tidak melakukan apa pun terkait hubungannta dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. "Ada pertukaran yang harus dilakukan untuk memperbaiki perjanjian ini (INF) dan dia (Trump) tidak bisa melakukannya," kata Bell. 

Menurutnya, keputusan Trump akan memiliki dampak serius, terlebih saat ini Washington tengah mendesak Korea Utara (Korut) untuk melakukan denuklirisasi. "Mengapa Korut memiliki alasan untuk percaya pada kesepakatan yang dibuat dengan presiden ini, dengan (penasihat keamanan nasional AS John) Bolton berbisik di telinganya," ujar Bell. 

Bolton, yang mendukung hengkangnya AS dari INF, dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan sekretaris dewan keamanan Kremlin Nikolai Patrushev. Pertemuan akan dilaksanakan ketika Bolton mengunjungi Moskow akhir pekan depan. Kendati demikian, belum ada informasi apakah pertemuan itu diselenggarakan untuk membahas perihal INF. 

INF ditandatangani Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987. INF melarang kedua negara memiliki, memproduksi, atau menguji coba rudal jelajah darat dengan jangkauan 500-5.500 kilometer. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement