Rabu 31 Oct 2018 15:11 WIB

Menteri Luar Negeri AS Minta Perang Yaman Dihentikan

Yaman merupakan salah satu negara paling miskin di Arab.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri AS, Michael R. Pompeo (kiri) bertemu dengan Raja Saudi Salman (kanan) di Riyadh, Arab Saudi, (16/10).
Foto: EPA
Menteri Luar Negeri AS, Michael R. Pompeo (kiri) bertemu dengan Raja Saudi Salman (kanan) di Riyadh, Arab Saudi, (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo meminta perang di Yaman dihentikan. Ia juga meminta proses negosiasi yang akan dipimpin PBB harus mulai dilakukan pada awal bulan depan.

Dalam pernyataannya Pompeo mengatakan serangan misil dan drone yang dilakukan kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran melawan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab harus dihentikan. Ia juga meminta koalisi yang dipimpin Arab Saudi menghentikan serangan udara ke semua daerah penduduk Yaman.  

"Sudah saatnya untuk menghentikan permusuhan, termasuk serangan misil dan pesawat tanpa awak (UAV) dari wilayah yang dikuasai kelompok pemberontak Houthi ke Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, selanjutnya koalisi harus menahan serangan udara ke daerah penduduk Yaman," kata Pompeo, Rabu (31/10).

Yaman menjadi salah satu negara yang paling miskin di Arab dan kini menghadapi krisis kemanusian akibat perang yang berlangsung selama hampir empat tahun. Pasukan pemberontak Houthi melawan pemerintahan sah yang diakui dunia internasional.

AS membantu koalisi yang dipimpin Arab Saudi untuk mengisi bahan bakar pesawat jet mereka. AS juga memberikan pelatihan dalam menyerang sasaran yang sudah ditentukan.

Pada bulan lalu, Pompeo mengatakan dia sudah memberikan kepastian kepada Kongres AS bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab berusaha untuk mengurangi jumlah korban sipil di Yaman. Tiga perempat populasi Yaman atau 22 juta orang membutuhkan bantuan. Sementara, 8,4 juta orang berada di ambang kelaparan.

Sebelumnya pelapor khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengatakan PBB berharap adanya pembicaraan antara kedua belah pihak yang bertikai pada bulan November mendatang. Baik Pompeo maupun Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menyuarakan dukungan mereka terhadap upaya PBB tersebut.

Dalam sebuah forum di Washington, Mattis mengatakan AS akan membantu koalisi Arab Saudi mengurangi jumlah korban sipil. Ia menambahkan kedua belah pihak harus mengambil langkah yang bermakna untuk melakukan gencatan senjata dan memulai negosiasi pada 30 hari ke depan. 

Mattis mengatakan baik Arab Saudi maupun Uni Emirat Arab siap untuk mendukung upaya Griffiths mencari solusi negoasiasi untuk menghentikan konflik itu. Mattis mengatakan AS siap membantu untuk mewujudkan perdamaian di Yaman.

"Dan kami tidak tidak bisa mengatakan kami akan melakukan sesuatu di entah kapan di masa mendatang, kami harus melakukan ini pada 30 hari ke depan," kata Mattis.

Pompeo juga mengatakan menghentikan perang dan membuka jalur politik akan meringankan krisis kemanusian di Yaman. Pompeo mengatakan rencana pembicaraan yang digelar oleh Griffiths harus dilakukan pada awal November.

"Untuk menerapkan langkah-langkah yang dapat membangun kepercayaan agar bisa mengatasi masalah yang mendasari konflik ini, dapat secepatnya melakukan demiliterisasi di perbatasan dan berkonsentrasi untuk membawa semua persenjataan berat dibawah pengawasan internasional," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement