Kamis 08 Nov 2018 12:37 WIB

Partai Demokrat Ancam Trump Setelah Pecat Jaksa Agung

Demokrat khawatir mengenai sosok pengganti Sessions.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemecatan Jaksa Agung Jeff Sessions oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (7/11) mengundang kecaman dari Partai Demokrat. Partai tersebut memperingatkan Trump agar tidak memberikan tekanan terhadap penyelidikan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.

Penyelidikan, yang dipimpin oleh Penasihat Khusus Robert Mueller di bawah pengawasan Departemen Kehakiman AS, telah menyelubungi kepresidenan Trump. Trump sudah lama mengeluhkan Sessions yang tidak mengawasi Mueller.

Partai Demokrat mengaku khawatir mengenai sosok yang akan menggantikan Sessions, yaitu Matius Whitaker. Whitaker saat ini tengah mengawasi Mueller dan berpendapat bahwa penyelidikan yang dilakukan Mueller telah berlebihan.

"Jaksa Agung bertindak dan bertanggung jawab atas semua hal di bawah lingkup Departemen Kehakiman," ujar juru bicara Departemen Kehakiman saat ditanya apakah Whitaker akan mengawasi Mueller.

Demokrat juga mempertanyakan apakah pemecatan petugas penegak hukum AS adalah upaya untuk melemahkan atau mengakhiri penyelidikan tersebut.

"Kongres harus mengambil tindakan bipartisan untuk melindungi integritas penyelidikan Penasihat Khusus Mueller," kata Steny Hoyer, kandidat Partai Demokrat No. 2 di House, beberapa jam setelah Demokrat memenangkan mayoritas suara dalam pemilihan sela Selasa (6/11).

Menurutnya, jika kepergian Sessions adalah langkah pembuka yang dilakukan oleh Trump untuk ikut campur dalam penyelidikan Mueller, maka Trump harus bertanggung jawab.

Seorang juru bicara Mueller menolak berkomentar mengenai pemecatan Sessions. Pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, mengatakan kepada Reuters pada Selasa (6/11) bahwa pemecatan itu tidak akan mempengaruhi penyelidikan yang dilakukan Mueller.

Peraturan Departemen Kehakiman terkait jabatan penasihat khusus telah menetapkan batas-batas yang tidak boleh dilanggar oleh Mueller. Mueller hanya bisa dipecat jika melakukan pelanggaran atau kelalaian dalam bertugas, seperti melanggar kebijakan departemen.

Mueller sedang menyelidiki apakah tim kampanye Trump bersekongkol dengan Rusia, dan apakah Trump melanggar hukum dengan mencoba menghalangi penyelidikan.

Ia telah mengajukan tuntutan terhadap mantan ketua tim kampanye Trump dan tokoh kampanye lainnya, bersama dengan 25 warga dan tiga perusahaan Rusia yang dituduh ikut campur dalam kampanye untuk membantu kemenangan Trump.

Di akun Twitter pribadinya, Trump mengatakan ia telah mengganti Sessions dengan Whitaker, yang akan menjabat sebagai jaksa agung. Whitaker sebelumnya adalah kepala staf Sessions. Sessions mengatakan dalam sebuah surat kepada Trump bahwa dia telah mengundurkan diri atas permintaan presiden.

Belum pernah dalam sejarah modern seorang presiden menyerang seorang anggota Kabinet di depan publik sesering dan sekasar Trump kepada Sessions. Sessions merupakan salah satu anggota Kongres pertama yang mendukung kampanye kepresidenannya pada 2015.

Saat Trump menjabat sebagai presiden selama beberapa minggu pada Maret 2017, Sessions membuatnya kesal dengan mengesampingkan pengawasan terhadap penyelidikan FBI mengenai potensi kolusi antara tim kampanye Trump dan Moskow.

Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein kemudian mengambil alih pengawasan investigasi Rusia. Dia menunjuk Mueller pada Mei 2017 sebagai penasihat khusus Departemen Kehakiman untuk melakukan penyelidikan tersebut setelah Trump memecat Direktur FBI James Comey.

Meskipun sering dikritik Trump, Sessions tetap menjalankan kebijakan konservatif pemerintahan. Penggantian Sessions harus dikonfirmasi oleh Senat, yang akan tetap dikendalikan oleh Partai Republik sebagai hasil dari pemilu sela.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement