Rabu 21 Nov 2018 19:42 WIB

AS Dinilai Tutup Mata pada Kasus Khashoggi

Donald Trump menyebut AS tetap akan menjadi mitra setia Arab Saudi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Jamal Khashoggi
Foto: Metafora Production via AP
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Wakil Ketua AK Party Numan Kurtulmus menyebut Amerika Serikat (AS) menutup mata atas kasus kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. Hal itu berkaitan dengan komentar Presiden AS Donald Trump yang menyatakan akan tetap menjadi 'mitra setia' Saudi walaupun ada dugaan tentang keterlibatan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).

"Pernyataan (Trump) kemarin adalah pernyataan komik," ujar Kurtulmus pada Rabu (21/11). AK Party merupakan partai yang menguasai pemerintahan Turki saat ini, sekaligus partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Kurtulmus menyoroti komentar Trump tentang dugaan keterlibatan Pangeran MBS dalam kasus Khashoggi. Trump berkata Pangeran MBS mungkin terlibat dan memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi, tapi mungkin juga dia tidak melakukannya.

Pernyataan Trump bertentangan dengan laporan CIA yang meyakini pembunuhan Khashoggi diperintahkan langsung oleh Pangeran MBS. Hal itu pun disinggung kembali oleh Kurtulmus.

"Tidak mungkin bagi intelijen seperti CIA, yang bahkan tahu warna bulu kucing yang berjalan di sekitar taman konsulat Saudi (di Istanbul), tidak tahu siapa yang memberi perintah ini (pembunuhan Khashoggi)," ujar Kurtulmus.

Menurutnya, komentar Trump tidak baik untuk opini publik AS. "Ini tidak kredibel, baik untuk opini publik AS atau opini publik dunia," ucapnya.

Sejak Khashoggi dikonfirmasi dibunuh di gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu, Turki telah berulang kali menyatakan perintah itu berasal dari pejabat tinggi Pemerintah Saudi. Namun, Ankara belum secara langsung menuding Pangeran MBS.

Saudi sendiri telah membantah keterlibatan Pangeran MBS dalam kasus Khashoggi. Hal itu juga telah diungkapkan Wakil Jaksa Penuntut Umum Saudi Shalaan bin Rajh Shalaan.

Shalaan mengatakan Pangeran MBS tidak terlibat dalam pembunuhan Khasoggi. Menurutnya, orang yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi adalah ketua dari tim negosiasi yang dikirim Wakil Kepala Intelijen Saudi Jenderal Ahmed al-Assiri ke Istanbul, Turki.

Shalaan mengungkapkan, saat Khashoggi mendatangi gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, Jenderal Ahmed mengutus tim negosiasi untuk membujuk Khashoggi kembali ke Saudi. Namun, Khashoggi menolak dan akhirnya dibunuh. Ia mengonfirmasi bahwa setelah dibunuh, jasad Khashoggi dimutilasi.

Perintah pembunuhan sendiri bersumber dari ketua tim negosiasi yang diutus Jenderal Ahmed. “(Pangeran MBS) tidak mengetahui apapun tentang hal tersebut (pembunuhan Khashoggi),” kata Shalaan saat berbicara di sebuah konferensi pers di Riyadh pekan lalu.

Saat ini telah terdapat 11 tersangka yang menghadapi tuntutan dari Saudi karena keterlibatannya dalam kasus Khashoggi. Lima orang di antara mereka dituntut hukuman mati.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement