Selasa 27 Nov 2018 20:14 WIB

Alasan Argentina Bisa Selidiki Kejahatan Putra Mahkota Saudi

Pangeran MBS akan menghadiri KTT G20 di Buenos Aires.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto: AP/Amr Nabil
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi hak asasi manusia internasional Human Rights Watch (HRW) meminta Argentina yang memiliki klausa kejahatan perang dalam konstitusinya untuk menyelidiki Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Penyelidikan itu berkaitan dengan dugaan keterlibatan Pangeran MBS dalam kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi serta perannya dalam krisis Yaman.

HRW mengatakan permintaan penyelidikan itu telah dikirim ke hakim federal Ariel Lijo. Menurut Direktur HRW untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Salah Leah Whitson, pihaknya membawa kasus itu ke Argentina karena Pangeran MBS akan menghadiri KTT G-20 di Buenos Aires pekan ini.

"Kami menyerahkan informasi ini kepada jaksa Argentina dengan harapan mereka akan menyelidiki keterlibatan dan tanggung jawab MBS untuk kemungkinan kejahatan perang di Yaman serta penyiksaan terhadap warga sipil, termasuk Jamal Khashoggi," ujar Whitson.

Menurutnya, terdapat dasar yang sangat kuat bagi Argentina untuk secara teliti memeriksa catatan dan fakta yang sangat luas perihal peran Pangeran MBS dalam kasus Khashoggi serta krisis Yaman. "Masyarakat di seluruh dunia sangat ingin melihat pertanggungjawaban nyata bagi orang-orang yang lolos dari kejahatan yang mengerikan," kata Whitson, dikutip laman Aljazirah, Selasa (27/11).

Baik kantor Lijo maupun kantor jaksa penuntut umum Argentina belum memberikan pernyataan perihal permintaan HRW. Kendati demikian, media Argentina, mengutip sumber peradilan dan yudisal mengatakan sangat tidak mungkin otoritas negara tersebut menuntut Pangeran MBS yang merupakan penguasa de facto Saudi.

Konstitusi Argentina mengakui yurisdiksi universal untuk kejahatan perang dan penyiksaan. Dengan demikian, otoritas peradilan di negara itu dapat menyelidiki dan mengadili kejahatan tersebut di mana pun pelaku melakukannya.

Pangeran MBS akan mengunjungi Buenos Aires untuk menghadiri KTT G-20 yang dijadwalkan digelar pada Jumat (30/11). Kehadirannya di acara tersebut akan menjadi sorotan karena namanya kerap disebut dalam kasus pembunuhan Khashoggi. Ia diduga sebagai tokoh yang memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, Pangeran MBS telah mengajukan permintaan untuk bertemu Presiden Recep Tayyip Erdogan di sela-sela perhelatan KTT G-20. "Dia (Pangeran MBS) telah bertanya kepada Erdogan via telepon apakah mereka akan bertemu di Buenos Aires, Erdogan  mengatakan 'lihat saja nanti'," kata Cavusoglu kepada surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung dalam wawancara pada Selasa.

Erdogan diketahui cukup vokal dalam menyuarakan kasus pembunuhan Khashoggi. Ia telah menyatakan bahwa pembunuhan terhadap Khashoggi direncanakan. Perintah pembunuhan itu, kata dia, berasal dari pejabat tinggi Saudi.

Erdogan pun telah mendesak Riyadh untuk mengungkap siapa aktor di balik pembunuhan Khashoggi. Selain itu, dia juga meminta Saudi mengekstradisi para pelaku yang terlibat dalam kasus Khashoggi. Namun permintaan tersebut telah ditolak Saudi.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir telah mengatakan bahwa Ankara tidak akan menuntut Pangeran MBS. "Sebagai tanggapan atas pertanyaan tingkat tinggi, pihak berwenang Turki telah mengonfirmasi kepada Riyadh bahwa mereka tidak bermaksud menuntut Putra Mahkota MBS," katanya dalam sebuah wawancara dengan Asharq Al-Awsat pekan lalu.

Ia pun meminta agar kasus Khashoggi tidak dipolitisasi. Menurutnya, saat ini upaya politisasi terhadap kasus Khashoggi telah berlangsung terang-terangan, salah satunya melalui kampanye media. "Kami sepenuhnya menolak upaya eksplotasi politik atas kasus Khashoggi. Mereka yang ingin mendapatkan keadilan, diminta menyerahkan bukti mereka ke pengadilan Saudi," ujar al-Jubeir.

Khashoggi dibunuh di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Awalnya Saudi membantah bahwa Khashoggi telah dibunuh di dalam konsulat. Namun berselang sekitar dua pekan setelah kejadian, Riyadh akhirnya mengakui bahwa Khashoggi memang dibunuh.

Kendati demikian, hingga kini jasad Khashoggi belum ditemukan. Otoritas Turki pun telah menghentikan pencarian terhadap jasadnya. Beredar dugaan bahwa tubuh Khashoggi yang telah dimutilasi dilenyapkan menggunakan asam florida.

Saudi telah menahan 11 tersangka yang terlibat dalam kasus Khashoggi. Lima tersangka di antaranya dituntut hukuman mati.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement