Kamis 29 Nov 2018 15:14 WIB

PBB Minta Negara G20 Serius Atasi Masalah Perubahan Iklim

PBB juga meminta negara G20 atasi ketimpangan ekonomi, gender, dan diskriminasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pertemuan G20, ilustrasi
Foto: G20
Pertemuan G20, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berpesan kepada negara-negara anggota G20 yang akan bertemu pada pekan ini untuk menguatkan kepemimpinan dan mengambil aksi yang tegas untuk mengatasi masalah dari perubahan iklim hingga ketidaksetaraan. Guterres mengatakan sangat penting bagi 20 kekuatan perekonomian dunia untuk bekerja sama demi menciptakan dunia yang lebih adil.

"Mereka yang tertinggal dalam globalisasi kehilangan kepercayaan pada pemerintah dan institusinya," kata Guterres memperingatkan, Kamis (29/11).

Ia menambahkan meski perdagangan meningkat, ketidaksetaraan semakin menjalar dan bertambah. Ketegangan geopolitik, katanya, pun menambah tekanan kepada ekonomi global. Guterres juga mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi bencana alam dan ketidakpastiaan yang disebabkan perubahan iklim.

Panel Perubahan Iklim Antar-Pemerintah mengatakan saat ini seluruh dunia sudah kehabisan waktu untuk meraih target ambisius Kesepakatan Paris 2015. Target untuk mempertahankan suhu global 1,5 derajat Celsius. Bumi sudah memanas 1 derajat Celsius sejak era pra-industri dan akan naik sampai ke 3 derajat Celsius pada akhir abad ini kecuali adanya tindakan tegas untuk mengatasi hal tersebut.

"Tindakan yang dilakukan sekarang ini mengecilkan biaya sosial, ekonomi dan lingkungan dari perubahan iklim, kegagalan dalam bertindakan berarti lebih banyak bencana dan gawat darurat dan polusi udara yang bisa menambah beban ekonomi global sebanyak 21 triliun dolar AS pada 2050," kata Guterres.  

Di satu sisi, kata Guterres, tindakan ambisius menahan laju pemanasan global tidak hanya menurunkan suhu tapi juga akan berdampak positif bagi perekonomian. Begitu juga untuk lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Guterres mengatakan anggota G20 bertanggungjawab atas lebih dari tiga perempat emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Sementara, mereka memiliki uang dan kekuatan untuk mengatasi persoalan perubahan iklim tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB itu juga memberikan pesan yang sama untuk anggota G20 dan para pemimpin negara-negara lainnya dalam pertemuan Perubahan Iklim di Polandia. Ia meminta para pemimpin-pemimpin negara di seluruh dunia untuk menjalankan kesepakatan Paris.

"Pada saat kepercayaan global menurun, dunia kita perlu meningkatkan kepemimpinan global. Pertumbuhan ekonomi yang kuat, menyusutkan ketidaksetaraan, dan membatasi emisi karbon adalah sesuatu yang memungkinkan dan dapat dilakukan, tapi kami membutuhkan ambisi yang lebih besar, kami menghadapi perlombaan dengan masa depan, ini perlombaan yang bisa dan harus kami menangkan," katanya.

Guterres yang juga menghadiri pertemuan perubahan iklim di Katowice, Polandia mengatakan para pemimpin nasional harus membuat negara-negara mereka lebih berambisi untuk mengatasi persoalaan perubahan iklim. Tapi mereka juga harus terbuka untuk berkompromi karena kesepakatan 'adalah tujuan yang paling penting'.

Ia juga meminta para pemimpin negara-negara G20 untuk membantu orang dengan memberikan mereka keterampilan agar bisa bekerja di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digital. Guterres juga menyinggung jumlah orang kelaparan di seluruh dunia yang naik menjadi 821 juta orang. Ia menyambut upaya G20 untuk memastikan 'ketersediaan pangan berkelanjutan di masa depan' dan meningkatkan nutrisi makanan.

Guterres juga meminta G20 untuk bergerak lebih jauh lagi untuk berjanji menciptakan kesetaraan gender dan melawan diskriminasi. Hal itu serta melawan kekerasan dan akses yang tidak setara ke sumber daya yang dihadapi sebagian besar perempuan di seluruh dunia.

Dalam isu imigrasi, Guterres mengatakan banyak kasus yang masih diselesaikan dengan cara yang tidak aman, tidak teratur, dan tidak sesuai dengan hukum.  Ia meminta pemimpin-pemimpin negara G20 untuk mendukung sistem imigrasi global yang dapat mengakomodasi permintaan atas pergerakan populasi yang terus meningkat.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement