Jumat 07 Dec 2018 03:40 WIB

Petinggi Huawei Ditangkap, Hubungan Dagang AS-Cina Tegang

Mereka dirancang untuk mengejar mata-mata ekonomi Cina.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Muhammad Hafil
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Ketegangan hubungan Cina dan Amerika yang sempat mereda di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 kini kembali memburuk. Kondisi ini dipicu penangkapan CFO perusahaan teknologi Cina, Huawei, Sabrina Meng Wanzhou di Kanada, pada Sabtu (1/12). Meng diperkirakan akan diekstradiksi ke Amerika Serikat (AS) atas tuduhan melanggar sanksi AS terhadap Iran.

Penangkapan ini memicu kecaman dari para pejabat Cina dan media pemerintahan. Dilansir dari Business Insider, Kamis (6/12), hal ini juga meningkatkan kecemasan di kalangan investor dan analisis. Mereka khawatir, gencatan senjata antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping mungkin akan berakhir.

Kepala ekonom Deutsche Bank Cina, Zhiwei Zhang mengatakan, pihaknya percaya penangkapan tersebut adalah sinyal yang jelas bahwa perang perdagangan antar dua negara ini akan eskalasi ke tingkat baru. "Kami pikir, kemungkinan AS dan Cina mencapai kesepakatan perdagangan pada 1 Maret sudah turun dari 40 persen menjadi 30 persen," ujarnya.

Pasar saham di seluruh Asia dan Eropa mengalami penurunan setelah berita penangkapan Wanzhou menyebar di media massa. Pasar Amerika pun mengalami kondisi serupa.

Penangkapan Meng seakan membuktikan bahwa pertempuran pemerintah Trump tidak terbatas pada penetapan tarif impor. Departemen Kehamiman dan bagian lain dalam pemerintahan Trump telah melakukan sejumlah tindakan keras untuk mengatasi hal yang dianggap masalah sistemik terhadap praktik ekonomi Cina.

Salah satu tindakan yang diambil adalah dengan menangkap seorang warga negara Cina di AS dengan visa pelajar bernama Ji Chaoqun. Departemen Kehakiman menuduh ia bekerja untuk Kementerian Keamanan Negara Cina dalma upaya menghubungi para insinyur dan ilmuwan dengan latar belakang Cina di AS. Penangkapan ini dilakukan pada 25 September.

Selain itu, pada 10 Oktober, AS menangkap seorang karyawan senior di Kementerian Keamanan Negara Cina. Ia dipancing untuk ke Belgia sebelum ditangkap. Departemen Kehakiman menuduhnya mencuri rahasia perdagangan.

Pada 1 November, Departemen Kehakiman mengumumkan pembentukan satuan petugas yang disebut Inisiatif Cina. Mereka dirancang untuk mengejar mata-mata ekonomi Cina. Penangkapan Meng tercatat sebagai tindakan penangkapan paling keras dan tinggi. 

Zhang mengatakan, kemungkinan kesepakatan AS dengan Cina untuk mengatasi masalah perang dagang semakin kecil pasca penangkapan Meng. Sebab, opini publik Cina akan menjadi lebih negtif sehubungan dengan perang dagang dan ini berdampak terhadap perusahan AS. "Pembicaraan perdagangan baru saja dilanjutkan pada pertemuan G20 lalu. Tapi, kini, prospeknya sudah suram," tuturnya.

Dilansir di Reuters, Juru bicara Departemen Kehakiman Kanada mengatakan, sidang pengadilan Meng telah ditetapkan pada Jumat (7/12). Meng sendiri merupakan salah satu wakil ketua di dewan perusahaan Huawei dan putri pendiri perusahaan, Ren Zhengfei. Huawei secara strategis sangat penting bagi ambisi Cina dalam teknologi dari jaringan 5G ke chip.

Selain Huawei, perusahaan telekomunikasi Cina lainnya, ZTE, juga dikenakan sanksi atas tuduhan penjualan peralatannya ke Iran dan Korea Utara. Atas hal ini, pemerintah AS atas perintah Trump melarang pengusahanya untuk menjual microchip dan komponen lain ke ZTE.

Dampaknya, ZTE hampir lumpuh. Sebagai bagian dari perjanjian baru untuk mencabut larangan tersebut, ZTE harus membayar sekitar 1,4 miliar dolar AS dalam bentuk penalti. Perusahaan ini juga harus mereformasi manajemennya dan pejabat yang ditunjuk AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement