Jumat 07 Dec 2018 17:48 WIB

Petinggi Huawei akan Diperiksa di Pengadilan Kanada

Meng Wanzhou ditangkap di Kanada yang terkait dengan sanksi AS terhadap Iran.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Petinggi Huawei Cina, Meng Wanzhou
Foto: AP
Petinggi Huawei Cina, Meng Wanzhou

REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER -- Eksekutif Huawei Technologies Co Ltd Cina, Meng Wanzhou, yang ditahan di Kanada akan muncul di pengadilan Vancouver pada Jumat (7/12). Di pengadilan itu, ia akan menjalani pemeriksaan jaminan selama menunggu kemungkinan ekstradisi ke Amerika Serikat (AS).

Wanzhou, Chief Financial Officer (CFO) Huawei yang juga putri pendiri perusahaan teknologi itu, ditangkap pada 1 Desember lalu atas permintaan AS. Penangkapan yang diungkapkan oleh pihak berwenang Kanada pada Rabu (5/12) malam itu, adalah bagian dari penyelidikan AS terhadap skema dugaan penggunaan sistem perbankan global untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran.

Berita itu mengguncang pasar saham global di tengah kekhawatiran meningkatnya perang dagang antara AS dan Cina. Sebelumnya, gencatan senjata perang dagang telah disepakati pada Sabtu (1/12) antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Argentina.

Departemen Kehakiman Kanada telah menolak untuk memberikan rincian kasus yang menjerat Meng. Meng juga telah mendapatkan larangan untuk melakukan publikasi, sehingga membatasi kemampuan media untuk melaporkan bukti atau dokumen yang disajikan di pengadilan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, mengatakan pada Jumat (7/12) bahwa baik Kanada maupun AS tidak memberikan bukti kepada Cina bahwa Meng telah melanggar hukum di kedua negara tersebut. Geng menegaskan kembali permintaan Beijing untuk segera membebaskan Meng.

Huawei telah mengkonfirmasi penangkapan Meng. Perusahaan itu mengaku pada Rabu (5/12), telah diberikan informasi yang sangat sedikit mengenai tuduhan tersebut dan tidak mengetahui adanya kesalahan yang dilakukan oleh Meng.

Juru bicara Huawei menolak berkomentar dan mengatakan bahwa pernyataan itu masih berlaku. Staf Huawei telah diberitahu melalui memo internal yang dilihat oleh Reuters pada Jumat (7/12), bahwa perusahaan telah menunjuk Liang Hua sebagai pelaksana tugas CFO menyusul penangkapan Meng.

Pengacara Vancouver, Gary Botting, yang memiliki pengalaman dengan kasus ekstradisi, mengatakan jika diberikan jaminan, Meng kemungkinan harus mengirim uang beberapa juta dolar. Ia juga harus menyerahkan paspornya.

Meng bisa saja dipasangi peralatan pemantau elektronik. Pengadilan juga bisa bertindak lebih jauh dengan memerintahkan petugas keamanan untuk mengawasinya selama dia menunggu keputusan ekstradisi.

Jika Meng melawan ekstradisi, kasusnya bisa berjalan selama bertahun-tahun. Botting menunjuk contoh kasus Lai Changxing, pengusaha Cina yang melarikan diri ke Kanada setelah ia terlibat dalam kasus penyuapan dan berjuang agar diekstradisi ke Cina selama 12 tahun.

Jika Meng memilih untuk tidak melawan, dia bisa saja berada di AS hanya dalam beberapa minggu.

"Anda membutuhkan material dan bukti yang sangat besar untuk mendukung pelepasan tahanan," kata Richard Kurland, seorang pengacara imigrasi yang tinggal di Vancouver. Menurutnya, Meng mungkin akan dikembalikan ke tahanan jika tidak ada keputusan terkait jaminan.

Tidak jelas di mana Meng ditahan di Vancouver. Beberapa pengacara telah mengungkapkan, fasilitas penahanan di wilayah tersebut sangat sederhana dan Meng mungkin akan berbagi kamar dengan narapidana lain.

Huawei, yang mempekerjakan sekitar 1.000 orang di Kanada, menghadapi pengawasan ketat dari banyak negara Barat atas hubungannya dengan pemerintah Cina. Pengawasan itu didorong oleh kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut dapat digunakan oleh Beijing untuk memata-matai.

Jepang dapat menjadi negara terbaru yang menghindari Huawei. Sumber mengatakan kepada Reuters pada Jumat (7/12), Jepang berencana untuk melarang pembelian peralatan dari Huawei dan ZTE Corp.

AS juga telah mempelajari sejak 2016 mengenai apakah Huawei melanggar sanksi AS terhadap Iran. Huawei, yang menghasilkan 93 miliar dolar AS dalam pendapatan tahun lalu, mengatakan produksinya telah sesuai dengan semua undang-undang kontrol dan sanksi ekspor yang berlaku serta peraturan lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement