Ahad 09 Dec 2018 17:12 WIB

Kepala Staf Kepresidenan Donald Trump Mengundurkan Diri

Nick Ayers akan mengisi jabatan sebagai kepala staf kepresidenan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolanda
Presiden AS Donald Trump didampingi Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly (kanan) dalam pertemuan mengenai keamanan siber di Roosevelt Room, Gedung Putih, 31 Januari 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump didampingi Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly (kanan) dalam pertemuan mengenai keamanan siber di Roosevelt Room, Gedung Putih, 31 Januari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Kepala Staf Kepresidenan AS John Kelly akan meninggalkan jabatannya pada akhir tahun ini. Kepergiaan John Kelly terjadi di tengah prediksi akan ada perombakan kabinet dalam pemerintahan Trump untuk fokus dalam pemilihan umum 2020 dan untuk mengambil alih kembali kekuasaan di House of Representative dari partai Demokrat. 

"John Kelly akan pergi, saya tidak tahu jika bisa saya sebut pensiun, dia orang yang hebat," kata Trump, Ahad (9/12). 

Nick Ayers yang kini menjabat Kepala Staf Wakil Presiden Mike Pence menjadi kandidat terkuat menggantikan Kelly. Kabarnya keduanya sudah berdiskusi tentang jabatan itu selama satu bulan. Trump mengatakan keluarnya John Kelly dari pemerintahan akan diumumkan secara resmi beberapa hari ke depan. 

"John Kelly akan pergi pada akhir tahun, kami akan mengumumkan siapa yang akan mengambil alih jabatan John, mungkin untuk sementara, saya akan umumkan pada dua atau satu hari ke depan, tapi John akan pergi pada akhir tahun, saya sangat menghargai pengabdiannya," kata Trump. 

Kelly dikenal berhasil menciptakan ketertiban di West Wing (kantor presiden AS di Gedung Putih) saat ia mulai bertugas di sana pada bulan Juni 2017 lalu. Sebelumnya Kelly bertugas sebagai sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri. Tapi akhirnya ia juga dialienasi oleh sekutu-sekutu lama Trump, terisolasi dan perannya pun semakin dikecilkan. 

Ia dikenal sebagai 'jendral' atau 'kepala' West Wing. Mantan Jendral Bintang Empat Marinir AS itu naik menjadi kepala staf kepresidenan setelah bertengger sebagai pejabat di Departemen Keamanan Dalam Negeri. Trump mengumumkan kenaikan jabatannya melalui akun media sosial Twitter. Ia diminta untuk menormalisasi situasi Gedung Putih saat itu yang penuh  perebutan kekuasaan. 

Di awal masa jabatannya Kelly dinilai cukup sukses. Ia membatalkan kebijakan pintu terbuka ruang kerja presiden AS, Oval Office. Menurutnya kebijakan tersebut membuat Oval Office seperti Stasiun Kereta New York. Kelly berhasil mencegah staf langsung masuk ke dalam kantor presiden. 

Tapi upaya ini membuat Trump dan sejumlah orang-orang terdekatnya kesal. Mereka terbiasa bisa langsung masuk tanpa halangan ke kantor presiden. Kelly juga ditunduh melakukan kekerasan domestik terhadap salah satu mantan staf Gedung Putih Rob Porter. 

Hal ini menimbulkan kekhawatiran terutama para staf Gedung Putih dijabatan paling bawah. Mereka yakin Kelly telah berbohong kepada mereka tentang kapan ia mengetahui tuduhan tersebut. 

Sementara itu Kepala House Of Representative Paul Ryan memuji Kelly. "Lebih baik tugasnya di luar Gedung Putih, untuk memaksa ketertiban, kejernihan dan akal sehat," kata Ryan. 

Salah satu pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang mempublikasi informasi ini mengatakan Trump dan Ayers akan bekerja di luar ketentuan yang biasanya.

Ayers akan mengisi jabatan sebagai kepala staf kepresidenan dan melaksanakan komitmennya dengan ketentuan yang telah ia buat sebelumnya. 

Trump ingin kepala staf berikutnya untuk memegang jabatan itu sampai pemilihan presiden 2020. Ayers sudah lama ingin keluar dari pemerintahan pada akhir tahun ini tapi setuju untuk sementara waktu mengisi jabatan yang Kelly tinggalkan sampai musim semi 2019. 

Kepergian Kelly dari pemerintahan Trump diumumkan setelah presiden AS ke-45 itu menunjuk Jaksa Agung dan Duta Besar AS di PBB yang baru. Posisi dua senior pembantu presiden juga dipindahkan ke tim kampanye Trump. 

Pada setiap pemerintahan tugas kepala staf Gedung Putih terpecah menjadi dua bagian. Ia harus mengawasi Gedung Putih dan mengelola orang yang duduk di Oval Office. Trump telah membuat dua orang yang menjabat sebagai kepala staf yakni Kelly dan pendahulunya, Reince Priebus kebingungan.

Salah seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Trump percaya dengan Ayers setelah melihat efektivitas operasi politik kampanye Mike Pence. Ayers juga mendapat dukung dari orang-orang terdekat Trump yakni putrinya Ivanka Trump dan Jared Kushner, menantu dan penasihat seniornya.

Karir Ayers meroket di Partai Republik setelah sebelumnya masuk Republican Governors

Association sebagai mantan juru kampanye Gubernur Minnesota Tim Pawlenty. Ia juga pernah berkerja sebagai konsultan politik pejabat-pejabat tinggi partai Republik seperti Pence. 

Ayers yang baru berusia 36 tahun akan menjadi kepala staf termuda setelah Hamiton Jordan yang melayani mantan presiden AS Jimmy Carter diusia 34 tahun. Sementara itu John Kelly berusia 68 tahun. 

Di beberapa kesempatan Trump sudah berulang kali berdiskusi ingin mengganti Kelly. Terutama setelah Kelly dituduh melakukan kekerasan domestik. Trump kerap kali melontarkan nama kandidat-kandidat potensial, tapi ia menghindari kritikan yang menyatakan ia menjadi presiden paling sering melakukan perombakan jabatan. 

Trump pernah berjanji akan mempertahankan Kelly sampai tahun 2020. Tapi di dalam Gedung Putih terlihat ada upaya untuk mempertahankan nasib Kelly di sana dibandingkan untuk percaya terhadap kemampuannya.    

Kelly juga tidak merahasiakan keputusasaannya bekerja dengan Trump. Ia sering kali bercanda bekerja di bawah Trump lebih sulit dibandingkan pekerjaan-pekerjaan yang pernah ia lakukan sebelumnya. Kepada para sahabatnya Kelly mengatakan ia mengambil pekerjaan sebagai kepala staf kepresidenan ini sebagai bentuk pengabadinya kepada negara. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement